PROLOG

Baik dan buruk itu relatif, tergantung dari sisi mana kamu melihatnya.
Aku sangat muak dengan kalimat-kalimat bijakasana itu yang tiba-tiba muncul dalam benakku. Padahal sebelumnya barang sedetik saja aku tidak pernah memikirannya.
Tekadku telah dibentuk sedimikian rupa sampai mencapai titik dimana...aku hanya bisa termangu saja.
Aku ingin berbaring di kasurku sambil menghabiskan waktuku dengan membaca manga dan menonton anime kesukaanku. Atau setidaknya bisa memainkan gim-gim yang memang ditunjukkan untuk laki-laki.
Dengan mata yang sudah seperti ikan mati, aku, seorang pria dewasa, sedang bermain...gim otome.(Catatan: gim otome:suatu gim bergenre romansa yang ditunjukkan untuk perempuan, biasanya gim berpusat pada karakter wanita yang berusaha menaklukan hati para pria)
Gim yang ku mainkan ini adalah gim simulasi percintaan, persis seperti gim gal yang biasanya ditunjukkan untuk para pemain pria. (Kurang lebih gim gal adalah kebalikan dari gim otome).
Karakter utamanya adalah seorang wanita. Karena ini adalah gim otome, jadi target penaklukannya jelaslah seorang pria. Sedangkan jika karakter utamanya adalah seorang wanita dan target penangkapannya adalah pria, maka itu disebut gim gal.
Yak benar seperti yang kalian duga, di waktu senggang ku ini aku malahan bermain gim untuk wanita.
Bukannya aku suka gim otome, malahan aku lebih suka gim gal.
"Kenapa aku harus membuang waktu pagiku yang berharga untuk menaklukan hati seorang pria?"
Aku juga tidak suka melihat pria yang sedang tersipu malu di layar televisiku ini.
Pada dasarnya, semua karakter yang menjadi target penaklukan di gim ini memiliki wajah yang tampan.
Mereka dibuat oleh para ilustrator terkenal dan suaranya diisi oleh para pengisi suara terkenal juga. Jika saja ini adalah gim gal...Aku akan sangat bahagia bisa mendegarkan suara imut para karakter wanita, tapi kalau suara imut para pria? Ogah deh.
Dengan tatapan kosong, pandanganku tertuju ke layar smartphoneku.
Karena dari awal aku memang tidak berniat memainkan gim ini, aku harus bergantung pada panduan untuk bisa menamatkannya. Setelah menekan pilihan di layar televisi yang berkedip-kedip, kalian akan bisa tahu jika meteran cintanya naik, diiringi oleh efek suara dan berbagai macam pose yang dilakukan oleh para karakter 3d nya.
Ada pose dimana karakter prianya akan menyisir rambut sembari tersipu malu.
"Kamu berbeda dari gadis biasanya, beritahu aku namamu"
Pria ini adalah sang Putra Mahkota⎼⎼⎼salah satu target penaklukan di gim ini, dan sekaligus merupakan salah satu orang paling populer di akademi. Ini adalah adegan dimana sang karakter utama kebetulan berpapasan dengan sang Putra Mahkota, dan tanpa mengetahui bahwa dia sebenarnya adalah Putra Mahkota si karakter utama berbicara dengan santai padanya.
Aku sebenarnya sudah cukup jauh memainkan permainan ini.Jadi aku cuma bisa marah-marah sendiri karena sudah tak terhitung berapa kali aku harus melihat adegan ini.
"Wah ini pasti tidak mungkin kan? Bagaimana bisa ada yang sampai tidak mengenal Putra Mahkota dari negaranya sendiri. Licik. Karakter utamanya benar-benar licik."
Sepertinya Putra Mahkota pun tidak menyadari betapa liciknya sang karakter utama.
"...Dia malahan tersepu malu sambil tersenyum tidak jelas. Putra Mahkotanya pasti sudah buta"
Aku malahan menghabiskan hari libur yang sudah lama kunantikan ini untuk bermain gim otome.
Sekarang, hari Minggu siang dan aku sudah bermain gim ini sejak kemarin tanpa istirahat sedikitpun. Padahal belakangan ini pekerjaanku di kantor sedang banyak-banyaknya dan sudah lama aku tidak dapat libur.
Lalu tiba-tiba mendengar suara "ting" dari smartphoneku.
Setelah ku cek, ternyata itu pesan dari adikku. Selain tulisan, di pesannya ia juga menyisipkan sebuah gambar.
'Liburan di luar negeri bersama kawan-kawanku~'
...Melihat adikku tersenyum di fotonya membuatku naik darah,
Adikku sedang menikmati liburannya di pantai dan hotel bersama dengan kawan-kawannya.
Sekitika aku pun membalas pesannya.
'Hei kurang ajar! Bukannya kamu menyuruhku untuk menamatkan gim ini karena kamu bilang sedang sibuk???'
Sekarang ini, aku sedang memainkan gim otome adikku.
Sabtu pagi kemarin, adikku seorang mahasiswa yang tinggal bersama dengan kedua orang tuaku, berbeda denganku yang tinggal sendirian di apartemen, tiba-tiba datang mengunjungiku.
Firasatku memang sudah aneh sebelum dia memaksaku untuk memainkan sebuah gim untuknya.
Sambil tersenyum dia mengatakan padaku "Kamu kan sedang tidak ada kerjaan kak, selesaikan gim ini untukku ya."
Selesai maksudnya adalah sampai benar-benar selesai alias sampai tamat. Setelah melihat gambar, video, dan adegan di dalam gimnya setidaknya satu kali, semuanya bisa diulang sampai berkali-kali. Dan begitulah dia memintaku untuk menamatkan gim ini.
'Jangan main-main, kamu selesaikan saja sendiri!' Aku membalas pesannya.
⎼⎼⎼Aku mendapat balasan pesan dari adikku.
'Huh? Kamu serius berkata seperti itu? Kalau begitu mana bisa aku membereskan kesalahpahaman kakak dengan ibu dan yang lain. Nanti aku belikan oleh-oleh, jadi tolong selesaikan ya~.*Kalau saat aku kembali dan gimnya belum selesai, akan kulakukan hal yang lebih kejam sampai-sampai kakak tidak akan bisa keluar dari apartemen. Dari adikmu yang imut.'
Begitu aku membaca pesannya, aku langsung berteriak sambil menahan diri agar tidak melempar smartphoneku ke lantai.
"Bajingan!!"
Sebenarnya aku mau menolak permintaannya.
Akan tetapi, adikku yang sebenarnya tinggal serumah dengan orang tuaku⎼⎼⎼-malahan menyimpan banyak koleksi buku pribadinya di apartemenku. Dan buku-buku yang disukai adikku ini adalah buku-buku fujoshi. Dan ibuku yang kebetulan waktu itu sedang membersihkan kamarku pun menemukan buku-buku itu dan mengira aku suka melakukan hal yang sama seperti di buku. (TLN: Fujoshi=tentang percintaan antar sesama lelaki)
Aku sudah mencoba untuk menerangkan kesalahpahaman ini, tapi semakin aku coba menerangkan⎼⎼⎼-semakin ibu mengira aku mencoba untuk membohonginya.
...Ini benar-benar mimpi buruk.
Dan karena kesalahpahaman ini pula aku baru tahu kalau adikku adalah seorang fujoshi.
Dan, mungkin kalian juga bisa menyebut ini sebagai kesialan,...tapi orang-orang sekitarku jauh lebih memercayai adikku dibandingkan aku. Bahkan dari sudut pandangku sendiri sebagai kakaknya, baik penampilan dan kemampuan akademiknya jauh lebih baik dibandingkan aku. Aku juga mendengar dari orang-orang bahwa adikku ini adalah pribadi yang ramah serta lemah lembut.
Padahal adikku ini sebenarnya hanyalah berpura-pura baik, dan selalu saja merepotkanku.
Dilihat dari permasalah gim otome ini saja, aku sudah bisa tahu betapa buruk pribadinya.
Dia menyumbunyikan hobinya dari orang-orang dekatnya, dan sekeras apapun aku mencoba untuk menjelaskan kepada orang tuaku, mereka akan tetap lebih mempercayai perkataan adikku.
Setelah akhirnya bisa menahan amarahku, aku pun kembali mengarahkan pandanganku ke layar televisi.
Dan setelah kembali mengambil controllernya, yang ada di pikiranku hanyalah segera menamatkan gim ini dan menyelesaikan segala kesalahpahaman ini. Memang menyebalkan, tapi mau bagaimana lagi, kedua orang tuaku lebih memercayai perkataan adikku.
Adikku sudah berjanji akan menyelesaikan segala kesalahpahaman ini kalau aku menamatkan gim ini untuknya.
...Satu-satunya hal yang harus kulakukan adalah segera menamatkan gim otome ini.
Ini memang membuatku jadi semakin frustasi, tapi harus diakui adikku memang pandai bicara dan membaca situasi. Dan sabtu pagi kemarin, aku bahkan tidak bisa menolak ketika adikku meminta uang saku untuk liburannya. Aku memang menyedihkan sekali sampai diperbudak oleh adik sendiri.
Tapi, aku pasti akan balas dendam padanya. Aku akan memikirkan rencana licik untuk balas dendam ku sembari mengisi meteran cinta para pria tampan di layar televisiku ini.
"Kamu akan menyesal karena telah membuatku marah."
Dari dulu, adikku memang pandai melakukan berbagai hal untuk mendapat apa yang diinginkannya.
Dia sadar dia cantik, dia memang benar-benar kebalikan dari diriku. Satu-satunya kelemahannya adalah hobi fujoshinya yang disembunyikan dari orang-orang dekatnya.
Aku mengerinyitkan alisku sembari meneruskan gim ini dengan hati penuh amarah.
"...Aku tidak boleh terus-terus dimanfaatkan seperti ini".
Dan begitulah bagaimana ceritanya sampai adikku bisa memaksaku untuk memainkan gim otome.
Bertujuan untuk menjadi gim otome bersakala besar, tidak heran banyak sudah menanti-nantikan gim ini. Dan adikku juga salah satu di antara orang-orang itu yang membeli gim yang memiliki banyak daya tarik seperti ilustrasi dan juga para pengisi suaranya.
Akan tetapi, meskipun ini adalah gim otome, terdapat unsur RPG dan simulasi strategi di dalamnya.
Dan seperti yang sudah diduga, ini adalah suatu hal baru dan berbeda dibandigkan gim gim yang dibuat oleh perusahaan yang sasaran targetnya seorang pria.
Latar tempat gim ini adalah dunia fantasi dimana keberadaan sihir dan para ahli pedang bukanlah suatu yang aneh.
Tidak seperti di bumi, orang-orang di dunia ini bisa menggunakan sihir.
Kalau tidak salah, di dunia ini juga terdapat keluarga kerajaan dan para bangsawan, dimana tingkat sosial masyarakatnya tidak begitu tinggi, tapi di saat yang bersamaan ini juga adalah dunia di mana kapal udara menghiasi angkasa dan para kstaria berperang dengan mengenakan baju pelindung seperti robot-robot di televisi.
Di dunia ini, sang karakter utama masuk ke akademi khusus bangsawan.
Sang karakter utama sendiri sebenarnya adalah seorang gadis desa biasa. Berbeda dari para siswa lain, dia hanyalah seorang rakyat jelata. Akan tetapi dengan izin khusus dia bisa masuk ke sekolah para bangsawan ini.
Karena keadannya inilah, banyak para gadis bangsawan dengan status tinggi tidak suka dengannya. Di sekolah ini sang karakter utama akan bertemu dengan Putra Mahkota dan para putra dan bangsawan kelas atas. Selain terlibat dengan berbagai macam karakter, sang karakter utama juga nantinya akan ikut terlibat dalam berbagai masalah termasuk peperangan.
Yah bagaimanapun juga, ini adalah gim yang mengubah kisah pertualangan dan perang menjadi gim romansa sekolahan.
Dan perlu kalian ketahui, gim ini adalah "surga bagi para perempuan."
Pada awalnya juga, adikku mencoba untuk menyelesaikan sendiri gim ini. Tapi sepertinya dia tidak begitu mengerti faktor-faktor penting untuk menaklukan hati seorang pria dan akhirnya menyerah.
Dan karena itulah aku terjebak dalam kondisi yang sangat membosankan ini. Adikku bilang "Kakak cuma harus menamatkan gim yang sederhana ini, mudah kan?"
Yah bahkan untuk orang yang suka bermain gim sepertiku, gim otome ini termasuk susah.
"Lagipula tidak ada juga yang menginginkan bagian seperti ini di gim otome"
Meskipun sejak tadi aku terus mengeluh, aku tetap saja menatap layar televisiku sembari memegang controller ini.
Di layar televisi,sekelompok kabar udara sedang baris-berbaris.
Rancangan kapal terbang ini mirip seperti bola rugby. Dan di depan kapal udara ini terdapat berbagai kapal udara lain menghadap ke arahnya.
Terdapat garis jaring-jaring heksagonal. Ini adalah perempuran-berbasis giliran dimana kita harus menggerakkan kapal udara.untuk menyerang kapal lain menggunakan meriam yang berada di sisi kapal, dan kemudian para ksataria yang mengenakan pakaian pelindung akan menyerang musuh-musuh di depannya, tapi-.
"Sial! Kemampuan apalagi yang diaktifkan oleh musuhnya! Sialan susah sekali. Padahal aku susah mencoba menyelsaikannya dengan lebih efisien."
Kemampuan dan teknik spesial musuh akan aktif, dan para sekutu yang terkena serang musuh mengalami kerusakan yang parah.
Tiap kali musuh menyerang, para sekutu akan menerima serangan telak dan jatuh begitu saja...meskipun kemampuan dan keterampilan bisa membantu dalam mengalahkan musuh, ada faktor acak yang membuat pertaruungan ini menjadi sangat sulit.
Kalau adikku, pasti akan langsung menyerah.
"Ah, sial."
Kapal udara yang seharusnya tidak boleh sampai kalah, yang mana membawa sang Putra Mahkota, malah jatuh tertembak musuh.
Di layar televisi pun muncul tulisan "Game Over".
"Lagi-lagi seperti ini! Tidak mungkin aku bisa bermain sembari melihat panduan di saat yang sama!"
Aku sangat ingin memberitahu adikku kalau aku ingin menyerah saja. Aku ingin bilang tinggal unduh saja file yang sudah tamat di internet, tapi... gim ini memiliki fitur dimana kita bisa memberi nama kepada karakter utama. Dan adikku sendirilah yang memberikan nama ini.
Dia ingin para pengisi suara terkenal memanggil-manggil namanya, pokoknya seperti itulah...
Dan karea itulah, aku tidak bisa begitu saja mengunduh file save-an yang sudah tamat di internet.
Aku harus menamatkannya dengan tanganku sendiri.
"Sudah berkali-kali aku melakukan ini! Kapal udara si pangeran sialan ini selalu saja tertembak jatuh! Gim ini ingin aku mengeluarkan uang untuk microtransaction, huh? Gim ini cuma ingin uangku saja, huh?"
Meskipun ini adalah gim offline, kita bisa membayar beberapa fitur untuk meningkatkan karakter kita. Entah ini bertujuan untuk membantu para pemain yang kesulitan dalam menyelesaikan gim ini atau untuk menguras dompet para pemain...tidak ada yang tahu. Ada berbagai macam item yang akan memudahakan pemain untuk memenangkan pertarungan.
Sebenarnya aku tidak mau mengeluarkan uang lagi hanya demi adik sialanku ini, tapi aku tidak bisa membiarkan waktu terbuang begitu saja karena gim sialan ini.
Selebihnya gim ini sama seperti gim gal pada umumnya. Tidak akan ada masalah kecuali kita mengambil pilihan yang salah. Dan aku pun mem-pause gim ini untuk melihat beberapa item berbayar.
Dan beragam item pun muncul di layar televisiku.
Harganya bervariasi mulai dari 100 yen, tapi item-item yang membantu dalam peperangan seperti armor, kapal udara, dan berbagai perlengkapan pertempuran harganya sangat mahal.
Sekitar 300-500 yen. Bahkan ada juga yang harganya sampai 800 yen.
"...Hal seperti inilah yang membuat citra suatu gim menjadi buruk."
Awalnya, gim ini mendapat banyak kritik di internat karena misi yang tidak akan bisa diselesaikan kecuali dengan menggunakan item berbayar.
Karena harganya yang terlampau mahal, pihak pembuat gim kemudian menurunkan harganya satu bulan setelah menerima banyak kritik.
Meskipun sudah begitu, tapi harganya tetap saja terhitung mahal. Dengan dipenuhi tentang hal itu di dalam benakku, aku sembari melihat-lihat pakaian renang yang sedang ditawarkan dalam gim ini.
"Aku tidak suka melihat pakaian renang pria."
Yang sedang ditampilkan di layar televisiku adalah item yang membuat karakter pria mengenakan pakaian renang.
Melihatnya saja membuatku ingin muntah.
Jika saja ini adalah gim gal dan yang mengenakan pakaian renangnya adalah wanita, pasti akan langsung kubeli tanpa pikir panjang.
"Mungkin ini cuma berlaku untuk seorang pria saja."
Dalam kondisi yang sudah sangat lelah ini aku mencoba tersenyum.
Aku merasa kesal membayangkan para pemain wanita yang akan girang melihat para karakter pria ini menggunakan pakaian renang.
"Apakah wanita juga akan senang dengan harem selayaknya para pria ya? Ah, terserah lah."
Pria yang dikelilingi banyak wanita biasa disebut harem, sementara wanita yang dikelilingi wanita disebut reverse-harem. Pria yang melihat reverse-harem pasti akan merasa tidak nyaman, begitpun wanita yang melihat harem pasti akan merasakan hal yang sama.
Memikirkan ini membuatku merasa tambah lelah. Terserahlah, yang penting aku harus memikirkan bagaimana caranya menamatkan gim ini secepat mungkin.
"Oh ya, apa yang harus kubeli ya supaya bisa cepat menamatkan gim ini?"
Karena ini item berbayar, pasti ini item yang kuat.
Mulai dari senjata untuk karakter pria, perlengkap khusus untuk karakter utama, dan berbagai hal lain juga di jual di gim ini.
Apapun, akan kubeli apapun itu asal itu bisa membantu dalam peperangan. Apapun pokoknya bisa membuatkan segera menamatkan gim ini.
"...Yang ini?"
Di depanku muncul kapal perang yang merupakan item paling mahal yang dijual.
Kapal in memiliki efek menetralkan setiap status merugikan dan tidak perlu susah-susah untuk memasok ulang, dilihat dari manapun juga ini jelas adalah kapal yang kuat.
"Ini lebih cocok disebut kapal angkasa dibandingkan kapal udara."
Tampilannya berwarna metalik dan rancangannya berbeda dari semua kapal udara yang ada di gim. Orang-orang pasti tidak akan ada yang mengira kalau ini sebenarnya adalah kapal udara.
Meskipun harganya 1000 yen, tapi dengan kemampuannya yang seperti ini sepertinya tidak pantas untukku mengeluh.
Di deskripsinya dijelaskan bahwasanya kapal ini berasal dari zaman kuno...dan yang paling mengerikan di deskripsinya tertulis kapal luar angkasa menakutkan.
"...Ini benar-benar sebuah kapal luar angkasa! Atau mungkin ini cuma salah tulis?"
Apakah pembuat gim nya salah tulis? Terserahlah, selama ini bisa membantuku menamatkan gim ini.
Yang terpenting adalah kapal ini bisa memudahkanku menamatkan gim ini.
Selanjutnya memeriksa armor.
Power suits...bentuknya mirip seperti armor, tapi tidak ada kesan realisnya sama sekali. Bentuknya malah lebih mirip seperti robot.
Para ksatrialah yang akan memakai armor ini di saat peperangan.
Dari sudut pandang seorang wanita, mungkin merasa merasa para pria yang bertarung untuk mereka itu suatu hal yang keren.
Sudahlah, dengan harga semahal ini kurasa aku bisa mengandalkannya.
Kalau dengan ini bisa memudahkan menamatkan ini, kurasa ini harga yang murah.
Armornya yang berwarna hitam memberikan kesan seperti seorang penjahat, tapi tidak apa-apalah. Pahlawan kegelapan juga keren...Kalau dipikir-pikir, untuk ukuran gim otome rancangannya sangat bagus.
Pedang memanglah kuat, tapi seorang master ahli pedang tidak memiliki senjata yang bisa ditembakkan. Kelemahan mereka adalah karena mereka terlalu bergantung pada senjatanya, dan jika seseorang memiliki perlengkapan yang buruk...Mereka hanya akan menjadi samsak tinju untuk para musuhnya.
Karena para target penangkap yang bodoh ini, aku harus berulangkali mengulang gimnya...
"Harus kuselesaikan...bagaimanapun caranya, aku ingin menyelesaikannya dengan mudah."
Kalau tidak aku akan kehilangan waktu berhargaku hanya karena gim ini.
Karena kesabaranku yang sudah habis, dengan menggunakan berbagai item berbayar aku bisa melanjutkan progress ku di gim otome ini.
Sore pun berganti menjadi malam, dan akhirnya aku berhasil menyelesaikan 90% event dan CG nya.
Sisanya tinggal ending reverse-harem.
Ending dimana semua karakter pria bisa menikahi sang karakter utama.
Orang-orang menyebut ini sebagai ending yang sebenarnya-ending yang paling tepat, tapi aku tidak perduli mau itu benar atau tidak.
Lagipula tujuanku bermain gim ini bukanlah untuk menaklukan mereka semua.
Di bagian kehidupan sehari-hari...Aku mengambil item yang kudapat daripara karakter pria ketika metreran cintanya mencapai titik tertentu, dan kemudian aku akan menjualnya di toko loak keesokan harinya.
Padahal, para karakter pria itu adalah teman sang karakter utama sendiri.
Agak jahat rasanya kalau sampai ketahuan menjual barang-barang dari mereka, tapi ini kan hanyalah gim.
Kalau saja ini gim gal, rasanya mustahil aku bisa melakukan ini. Meski ini hanyalah gim, tetap saja kalau di gim gal aku aku tidak bisa setega itu.
Lagipula, ini kan gim otome adikku. Yang penting aku bisa segera menamatkannya.
Aku pun terus bermain sembari memikirkan hal-hal tersebut...dan tanpa kusadari hari sudah malam.
Dan akhirnya aku berhasil meraih akhir reverse-harem, perasaan senang pun meliputi diriku meski dalam perasaan senang itu terselip rasa hampa.
"...Aku butuh dua hari untuk bisa menamatkan gim ini."
Dan ketika aku menatap gim di depanku ini telah tamat, rasa marah diiringi kesedihan memenuhi diriku.
Kenapa aku harus repot-repot melakukan semua ini?
Aku pun men-save gim ini. Dan dengan ini aku telah memenuhi janji pada adikku.
Setelah itu kurebahkan punggungku yang terasa sangat pegal di atas kasur.
Mataku menuju jam yang menempel di dinding kamar, ah masih teralalu dini untuk tidur.
Aku sudah tidak punya tenaga lagi untuk bergerak saking capeknya, dan meski semuanya telah selesai aku baru sadar kalau perutku terus berbunyi.
Aku pun memegang perutku, dan baru teringat aku cuma makan sepotong roti tadi pagi.
"Kulkas juga kosong."
Padahal rencanya aku mau memanfaatkan hari liburku ini untuk belanja bulanan, tapi karena aku harus menamatkan gim adikku jadi aku tidak sempat keluar berbelanja.
"Apa aku ke restoran saja, ya?"
'Aku lelah karena bermain-main dari kemarin. Aku akan pulang beberapa hari lagi, jadi sebaiknya kakak sudah menamatkan gim nya saat aku kembali. Kalau tidak, semua orang selamanya akan menganggap kakak orang mesum, pahamkan kakakku yang bodoh?'
"Gadis ini memang tidak ada obatnya"
Dia memintaku untuk melakukan semua ini sementara di luar sana dia sedang bersenang-senang dengan temannya. Terlebih lagi, dia masih sempat-sempatnya minta uang saku padaku...
Lalu, muncul pertanyaan kecil dalam benakku.
"Dari mana adikku mendapat uang untuk pergi berlibur? Apakah dia kerja sambilan?"
Uang saku yang kuberikan padanya tidak mungkin cukup untuk membiayai liburannya.
Ah mungkin karena harga dirinya yang tinggi, dia mencoba menutup-nutupi pekerjaan sambilannya. Kalau dia bekerja saat closing time, tidak mungkin dia punya waktu luang sampai larut malam.
Terlebih lagi dia bilang kalau dia tidak mau kerja sambilan karena dia tidak mau melakukan pekerjaan kasar.
Oh iya, kalau kuingat-ingat lagi ibu pernah bilang sesuatu.
"Adikmu bilang dia perlu uang untuk mengurus SIM"
Tampaknya gara-gara itulah orang tuaku memberikan uang padanya, meski pada kenyataannya sebagian uangnya dia gunakan untuk pergi liburan.
Aku mengambil screenshot dari pesan adikku.
Akan kugabungkan semuanya lalu akan kukirimkan pada ibuku.
"...Dasar bodoh ahahha. Ini karena kamu berani meremehkan kakakmu, lihat saja pembalasan dendamku."
Berani-beraninya dia mengancamku dan pergi berlibur.
Kalau kutunjukkan bukti screenshot ini, apa ya yang akan dipikirkan orang tuaku?
Dengan begini dia tidak akan bisa mengelak lagi di depan semua bukti ini. Lalu semua orang akan tau bagaimana dia yang sebenarnya.
Akupun sampai tersenyum sendiri memikirkan rencana ini. Lalu tiba-tiba aku menyadari sesuatu.
"Huh? Kalau dari awal aku melakukan semua ini, aku tidak akan perlu repot-repot menamatkan gim ini...argh, ah sudahlah, nasi sudah menjadi bubur."
Sembari menyadari betapa bodohnya aku, aku pun segera berdiri dan mengambil dompetku.
Lebih baik aku makan dulu, masalah adikku ini akan kupikirkan lagi nanti.
Akhirnya aku tidak perlu lagi memeras otakku untuk memainkan gim otome ini.
Sambil memikirkan semua itu, langkah kakiku menjadi kian ringan.
Rasanya sedikit aneh, seperti saat bisa terbebas dari semua beban pekerjaan di kantor.
"Baiklah, akan ku beli menu termahal di restoran dan belanja sepuasanya..."
Aku pun meninggalkan apartemenku sembari memikirkan makanan seperti yang akan ku santap nantinya. Aku berjalan di lorong sepi yang diterangi cahaya lampu remang-remang, begitu sampai di tangga tiba-tiba aku merasa sangat pusing.
"⎼⎼⎼Ah, sial."
Tubuhku terasa sangat lemah.
Aku mencoba menggerakkan tubuhku sekuat tenaga tapi percuma, tubuhku pun ambruk. Dan sialnya lagi tubuhku ambruk di dekat tangga.
Dan seketika tubuhku pun terjatuh menggelindingi anak tangga.
Aku tidak merasa sakit sedikitpun, tapi aku tahu keadaanku saat ini gawat.
"Aku...tidak boleh...mati...seperti...ini."
Gara-gara adikku liburanku jadi terbuang percuma, dan saat kupikir akhirnya aku bisa terbebas dari tugas yang diberikan adikku, aku malah ambruk di tangga. Sebenarnya, mungkin saja saat ini nyawaku sedang dalam bahaya.
Memikirkannya saja, membuatku sangat marah.
Saat pandangku mulai menjadi kabur, aku berpikir di sisa-sisa terakhir nafasku...aku melihat suatu pemandangan aneh yang biasanya tidak bisa dilihat orang yang menjemput ajalnya.
Ada daratan yang melayang di atas laut.
Sebuah kapal udara yang berterbangan di langit.
Saat tangaku mencoba menjangkau matahari yang bersinar dengan terang di langit, aku mulai kehilangan kesadaran.
⧫
Aku terbangun di tepian sungai landai yang ditumbuhi rumput yang lebat.
Semerbak bau rerumputan pun memenuhi udara, diiringi suara rumput yang saling bergesekan.
Aku, "Leon Fon Baltfault" yang sedang berbaring disana dengan tangan yang seolah-olah sedang mencoba meraih matahari di langit, dibangunkan oleh suara yang sangat keras.
Tubuhku di penuhi oleh keringat dingin.
Ada rasa sakit yang berdenyut di dadaku, disertai rasa tidak nyaman ketika keringat membasahi tubuhku.
"Ba-barusan itu apa?"
Karena aku bangun dengan panik, rumput-rumput yang menempel di bajuku mulai berjatuhan yang kemudian tertiup terbawa oleh angin yang berhembus.
Aku kira itu cuma angin biasa, tapi ternyata hembusan angin itu berasal dari kapal udara raksasa yang melintas tepat di atas kepalaku, saking besarnya sampai menutupi matahari.
Kapal udara yang terbuat dari kayu dan berbentuk kotak ini, memang sering lalu lalang di sekitar sini.
Biasanya aku akan mengabaikan kapal yang lalu lalang ini, tapi hari ini, mataku terbelalak keheranan melihat pemandangan ini.
Terasa seperti aku melihatnya untuk yang pertama kalinya.
Aku masih memegangi dadaku yang masih terus berdenyut keras, disertai suara nafasku yang tersengal-sengal.
Begitu aku berdiri, aku melihat ke arah mana kapal udara itu pergi, dan disana kulihat lautan terbentang luas.
Terasa agak asing, lautnya terlihat berbeda dari laut yang aku tahu selama ini.
Ku mencoba berjalan perlahan, namun kemudian jatuh ke tanah.
Aku melihat tubuhku, tapi tangan dan kaki terlihat sangat kecil.
Aku yakin bahwa ini adalah tubuhku sendiri, akan tetapi aku merasa tubuhku jauh lebih kecil dari seharusnya.
Sudahlah, ada hal lain yang harus kupastikan terlebih dahulu.
Aku pun bangun dan mulai melangkahkan kakiku ke arah lautan luas di depanku.
Firasaku mulai terasa tidak nyaman.
Butuh waktu agak lama dengan kaki kecilku ini, tapi akhirnya aku tiba juga.
Nampak ada pagar di sepanjang tepian yang menjaga agar orang-orang tidak jatuh, seperti seharusnya.
"Benar juga. Ini kan memang pulang terbang⎼⎼⎼biasa."
Pulau ini benar-benar mengambang di atas lautan.
Untuk sekarang pulanya masih tetap mengambang, tapi aku tidak tau apa aku harus merasa senang atau sedih dengan hal ini.
Meskipun sebenarnya tidak perlu, aku harus memastikannya dengan mata kepalaku sendiri.
Semua yang aku lihat dari tadi memang tidak wajar.
Ketika aku coba menutupi mataku yang silau terkena sinar matahari, tiba-tiba muncul sebuah ingatan dalam kepalaku. Ingatan dari seseorang yang bukan berasal dari tempat ini.
Tidak ada yang menarik dari ingatannya, tapi tetap terasa menyenangkan. Apa yang aku alami ini mungkin akan dianggap hanyalah mimpi atau ilusi belaka, tapi entah kenapa semuanya terasa sangat nyata.
Meski aku menyaksikan semua ingatan orang ini, tapi aku tidak bisa mengigat siapa namanya.
Aku memegangi kepalaku dengan kedua tanganku.
Ingatannya terasa sangat nyata dan jelas, tapi kenapa aku sama sekali tidak bisa menginat namanya?
Ingatan ini tiba-tiba memenuhi kepalaku di usiaku yang masih lima tahun ini.
Aku pun kemudian duduk, masih merasa bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Aku merasa seperti ingatanku yang sekarang dan ingatan itu bercampur baur menjadi satu.
Aku menatap hamparan langit luas di sebrang pagar di depanku.
"...Apa...apa yang baru saja terjadi padaku?"
Bahkan aku pun bingung kepada siapa aku menanyakan pertanyan itu.
⧫
Karena hari sudah mulai gelap, aku pun kembali pulang ke rumah.
Sebenarnya aku merasa enggan untuk pulang, dan aku baru teringat aku kemari karena sebenarnya aku ingin kabur dari rumah, tapi sebaiknya aku segera pulang sebelum hari semakin gelap.
Aku memberanikan diri untuk pulang, tetapi ayahku sudah menantiku di depan pintu.
Ayahku berdiri sambil menunjukkan pose yang membuat bulu kudukku berdiri.
"Dasar anak bodoh."
Dia memukul kepalaku dengan tangannya yang besar, dan aku pun segera membuka pintu sembari mencoba menahan agar air mataku tidak keluar.
Ketika aku membuka pintu, ibu ku sedang berdiri menanti di balik pintu.
"Akhirnya kamu kembali juga ya. Bisa-bisanya kamu mencoba kabur di saat istri ayahmu sedang berkunjung."
Ayahku, "Barcus," adalah seorang tuan feudal⎼⎼⎼seorang baron.
Belum lama ini, muncul gambaran seorang bangsawan dalam kepalaku, seorang yang mengenakan pakaian rapi, yang memberikan kesan seorang yang pelit. Tetapi, dalam gambaran itu, mereka semua bertubuh gempal, sementara ayahku yang juga seorang bangsawan malahan bertubuh kekar dengan otot-otot yang terlihat jelas disertai janggut lebat di wajahnya. Pakaiannya yang hanya terdiri dari kemeja, sebuah celana coklat dan sepatu, sama sekali tidak menunjukkan penampilan seorang bangsawan.
Ibu kandungku adalah seorang selir bernama "Luce"⎼⎼⎼seorang wanita dari keluarga ksatria yang melayani keluarga Baltfault.
Ibuku tidak mengenakan gaun dan malahan hanya menggunakan pakaian biasa seperti gadis-gadis desa pada umumnya.
"Istri" yang dimaksud ibuku adalah istri sah dari ayahku.
"Ma-Maaf."
Mungkin karena merasakan ada yang tidak biasa dariku, kedua orang tuaku menunjukkan ekspresi kusut sembari membawaku ke tempat aku tinggal⎼⎼⎼bukan mansion selayaknya para bangsawan, melainkan sebuah gudang.
Lalu, seorang wanita yang mengenakan sebuah gaun menatap dari balik pintu yang terbuka.
Wanita itu menatap dingin ke arahku, mungkin karena ulahku yang mencoba kabur dari rumah hari ini.
Dengan mengenakan gaun yang dihiasi batu permata, si putra sulung, "Lutart", dan disebalahnya si putri sulung, "Merce", berdiri di samping wanita itu.
Hanya mereka berdualah yang merupakan anak⎼⎼⎼dari istri sah ayahku.
Di belakang mereka bertiga, berdirilah seorang pria berperawakan tinggi dan bertelingan panjang dengan mengenakan jas yang terlihat rapi terlihat sedang mencibir ke arah kami.
"Astaga, anak bodoh ini tidak ada bedanya dengan hewan buas."
Wanita yang sebelah matanya tertutpi oleh poninya yang tergerai ini, memiliki penampilan selayaknya seorang wanita bangsawan. Dan berbeda sepertiku yang mengenakan pakaian lusuh, kedua saudaraku mengenakan pakaian mahal.
Ibuku pun kemudian meminta maaf pada mereka, dan kemudian ayah membawaku ke gudang.
Ayahku mencoba untuk menahan raut wajahnya sampai kami tiba di gudang.
"...Renungkan kesalahan yang sudah kamu perbuat hari ini. Setelah itu baru kamu bisa makan."
Aku pun hanya mengangguk menanggapi apa yang di katakan ayahku. Di saat aku mengira hanya aku yang ada di gudang, ternyata sudah ada orang lain terlebih dulu disana.
Si putra kedua, "Nicks."
Kakakku yang sama lusuhnya seperti aku ini sedang membaca buku dengan diterangi cahaya dari lampu minyak. Ayah dan aku melihat kakakku ini dengan ekspresi sedikit terkejut.
"Ternyata kamu juga sama bodohnya sepertiku. Harusnya kamu tahan saja, toh nanti mereka akan pergi sendiri."
Saat ayahku melihat kakakku mencoba mengalihkan pandangan ke arah buku yang sedang dipegangnya, dia pun langsung memukul kepalanya.
"Nicks, temani Leon belajar."
Raut muka kakakku menunjukkan ketidaksetujuan, tapi akhirnya dia bergesar dan memberikanku tempat untuk duduk.
Dan ketika aku duduk disampingnya, dia pun berkata padaku.
"Kalau kau berani-beraniya tertidur saat belajar, akan ku pukul."
Aku pun hanya mengangguk, dan kemudian ayahku kembali ke dalam rumah.
Dan ketika bayangan ayahku sudah tak lagi nampak, kakakku memberikkan sebuah buku untuk ku baca.
Aku pun membuka buku itu, buku yang karena saking seringnya dibaca kertasnya sudah kusut dan banyak halaman yang mau terlepas dari jilidannya.
Aku sedang berada di gudang.
Sambil mencoba mengusir serangga-serangga yang mengerumuni cahaya dari lampu minyak, aku tetap melanjutkan bacaanku.
Perasaanku mulai terasa aneh.
Kepalaku dipenuhi oleh suatu bahasa yang tidak pernah aku dengar sebelumnya. Bahasanya jelas berbeda dengan bahasa yang tertulis di buku yang sedang ku baca. Akan tetapi, , aku merasa bahasa ini lebih gampang.
Saat aku sedang sibuk memikirkan hal ini, kakakku mengira aku menemukan kata-kata sulit di buku yang tak bisa ku pahami artinya.
"Coba pikirkan sendiri dulu, kalau benar-benar tidak tahu baru tanyakan padaku."
Waktu pun berlalu tanpa kusadari.
Tapi serangga keras kepala ini masih saja mengerubungi lampu minyak.
"⎼⎼⎼Hei, abang?"
Kakakku merasa terkejut karena aku memanggilnya seperti itu.
"Abang? Bukannya tadi pagi kau malah memanggilku kakak?"
Aku pun segera menocba memperbaiki kesalah ini, tapi sepertinya kakakku bisa mengetahui isi pikiranku.
"Kamu sedang mencoba untuk terlihat dewasa, huh? Yah, lagian itu juga tidak penting untukku. Ngomong-ngomong, apakah ada bagian yang kau tidak mengerti?"
Aku pun menggelengkan kepalaku.
Yang lebih membuatku penasaran adalah perlakuan yang kami terima.
Sampai beberapa saat yang lalu aku sebenarnya merasa tidak terganggu, tapi rasa ragu mulai bermunculan di kepalaku.
Aku paham kalau anak sulung pasti akan selalu dinomor satukan, tapi kenapa hanya kami berdua yang disuruh ke gudang? Padahal saudara-saudara perempuanku yang lain tidak.
Padahal mereka juga bukan anak sah ayah, tapi kenapa mereka tidak tinggi di gudang juga?
"Kenapa hanya kita berdua yang ada di gudang ini?"
Kakakku pun kemudian hanya bergumam sendiri, "Mereka bilang padaku ini cuma sampai besok...", lalu dia menutup bukunya dan mulai menatap ke arah plafon gudang.
"Itu karena istri ayah membenci kita."
"Karena kita anaknya ibu?"
Kakakku melingkarkan kedua tangannya di belakang kepalanya lalu bersadar di kursi.
"Memamngnya ada alasan yang lain? Meski saudara perempuan kita yang lain juga anak lain, tapi karena mereka perempuan sepertinya dia agak was-was menyuruh mereka ke gudang, sedangkan karena kita laki-laki, ya seperti inilah."
Kemudian dengan tidak niat kakakku mulai menerangkan kondisi keluarga kami.
Dibandingkan menerangkan, kakakku lebih seperti mengeluh tentang kondisi keluaraga kepadaku, yang padahal aku yang paling mudah di antara tiga putra ayah.
Kakakku yang masih berusia tujuh tahun ini sepertinya memiliki banyak uneg-ueng yang ingin disampaikannya.
Wilayah keluarga Baltfault adalah adalah sebuah pulang terapung.
Tetapi sebenarnya, sebelum menjadi keluarga baron, keluarga Baltfault sebenarnya adalah keluarga ksatria yang tergolong semi-baron. Belum bisa dianggap bangsawan seperti pada umumnya, tapi secara hierarki sosial masih dianggap sebagai tuan feudal.
Untuk ukuran sebuah keluarga ksatria, keluarga Baltfault hidup relatif tenang-tenang saja.
Dan seiring berjalannya waktu, tanpa disadari keluarga Baltfault bertambah besar dan memiliki banyak prajurit yang melayaninya. Satu demi satu ksatria bermunculan dan menunjukkan kesetiannya pada keluarga dan akhirnya menjadi bertambah besar.
Karena wilayah keluarga Baltfault juga semakin berkembang, kebutuhan akan tenaga kerja dan lahan-lahan pertanian pun meningkat⎼⎼⎼yang berarti jumlah orang yang harus disokong oleh keluarga juga meningkat. Dan cakupan wilayah keluarga yang semakin luas ini hampir menyamai cakupan wilayah kekuasaan seorang baron.
...Dan karena itulah mulai muncul permasalahan.
Seorang penyidik dari "Kerajaan Holfault" pun dikirim ke wilayah keluarga kami.
Ini terjadi di saat kakekku masih menjadi tuan feudal, tapi sepertinya si penyidik sudah pernah datang sebelumnya untuk menilai apakah keluarga kami sudah layak atau belum untuk dinaikkan kelasnya menjadi baron. Lalu para penyidik ini menerangkan kepada kakekku tentang proses untuk kenaikan kelas, tapi kakekku cepat-cepat menolak kenaikan kelas itu, sepertinya sih ceritanya begitu. Ngomong-ngomon, menjadi seorang baron bukanlah sesuatu yang bisa didapat begitu saja.
Lalu, tiba-tiba beberapa pengetahuan dari ingatan itu memenuhi kepalaku.
Bukankah bisa naik kelas menjadi seorang baron sesuatu yang harusnya membuat seseorang senang? Dan juga, apa memang kenaikan kelas sesuatu yang bisa dilakukan semata-mata berdasarkan luas wilayah kekuasaan? Bukannya untuk sesuatu seperti kenaikan kelas ini hanya bisa terjadi setelah mencapai suatu pencapaian di bidang militer dan semacamnya? Itulah berbagai macam tanda tanya yang timbul dalam benakku.
"Apakah kenaikan kelas itu suatu yang buruk?"
Sepertinya kakakku tidak paham tentang perkataanku ini, tapi ayahku menunjukkan raut muka tidak senang.
"Ada banyak keluarga yang mengeluh karena pemberitahuan dari kerajaan yang biasanya mendadak, dan ada juga beberapa keluarga yang ingin menjadi keluarga baron dengan meraih pencapaian yang sesuai. Karena itulah meski kita keluarga baron, kita tidak memiliki banyak uang."
Pihak kerajaan ingin mendapat pemasukan yang sesuai dengan kelas keluarga kami.
Pecahan kenangan lain muncul dalam kepalaku.
Sebuah keluarga yang bahkan hampir tidak bisa disebut sebuah keluarga bangsawan, sebuah keluarga bangsawan dengan peraturan longgar tidak seperti selayaknya keluarga bangsawan.
Keluarga dengan peraturan yang longgar sebenarnya bukanlah masalah, tapi biasanya keluarga seperti ini akan berusaha untuk bisa berkontribusi kepada kerajaan. Jadi meski wilayah keluarga kami cukup luas untuk dikatakan sebagai sebuah keluarga baron, orang-orang menyebut kami sebagai keluarga baron yang pendiam.
Lagipula, wilayah kekuasaan keluarga kami merupakan suatu pedesaan di suatu pulau terpencil.
Dengan tujuan untuk meningkatkan status keluarga, ayah pun menikah seorang wanita dari kalangan atas.
Akan tetapi, istri ayahku ini jarang menetap di wilayah keluarga.
Begitu pula kedua putra dan putri sulung ayahku.
"...Ay⎼⎼⎼Bapak dan istrinya sudah menikah, kan? Lalu kenapa dia tidak tinggal serumah dengan bapak?"
"Itu wajar saja untuk wanita yang berasal dari keluarga baron atau di atasnya. Aku juga tidak suka. Aku lebih memilih wanita dari keluarga semi-baron atau di bawahnya untuk dijadikan istri. Yah lagipula wanita dari kalangan atas hanya akan memandang kita dengan sebelah mata."
"Wajar?"
"Kamu juga harus belajar yang rajin. Jika tidak, nanti tidak akan ada wanita yang mau dinikahi olehmu, meski nanti kamu sudah berumur dua puluh. Kalau kamu tidak bisa mendapatkan pasangan saat di akademi, kamu nanti hanya akan menjadi suami-bekas dari wanita paruh baya. Kamu pasti tidak mau, kan?"
... Aku tidak bisa menyembunyikan rasa kagetku.
Ada banyak hal yang ingin kutanyakan, tentang akademi dan sebagainya, tapi...yang paling aku ingin tanyakan adalah tentang suami-bekas. Bukannya harusnya wanita yang harus segera menikah pada usia tertentu?
"H-hei, abang?"
"Panggil saja kakak. Iya, ada apa?
"...Laki-laki biasanya yang menjadi pusat dari suatu keluarga, kan? Lebih tepatnya, apa maksud perkataan kakak tentang dipaksa menikahi wanita paruh baya?"
Kakakku memeringkan kepalanya.
"Seperti yang sudah aku bilang. Ada wanita-wanita yang sudah menikah ditinggal kabur oleh suaminya atau wanita yang memang belum menikah. Mereka mencari suami hanya untuk di atas kertas saja agar merika tidak kehilangan muka di pergaulan sosial. Karena itulah banyak wanita-wanita paruh baya yang mencari pria muda untuk dijadikan sebagai suami-bekas."
Kakakku menjawab dengan tegas.
"Biasanya para pria memiliki kedudukan yang lebih tinggi kan?"
Dari pengetahuan yang aku dapat dari ingatan itu, aku mengingat dengan samar-samar bahwas biasanya pria lah yang bertanggung jawab atas situasi seperti ini. Namun, sepertinya bukan itu permasalahnnya disini.
"Dari bapak kamu pasti sudah bisa lihat sendiri kan? Wanitalah yang memiliki tanggung jawab lebih besar. Kamu juga pasti bisa melihat kalau bapak tidak bisa menentang wanita jal-maksudku istrinya itu."
Melihat kakakku yang cepat-cepat mengganti kata "wanita jalang" menjadi "istri", sepertinya dia juga tidak senang dengan keberadaan istri ayahku itu.
Tapi aku sudah terlanjut mendengar kata-kata kasar dari kakakku.
"Hari ini kamu nampak aneh."
Aku hanya bisa tersenyum kecut sembari mengalihkan pandanganku ke arah buku di depanku, aku juga bahkan sampai sedikit berkeringat karena pernyataannya itu.
Karena pengetahuan-pentahuan aneh yang tiba-tiba muncul di kepalaku, aku merasa sedikit tidak nyaman.
Aku melanjutkan membaca bukuku tanpa bersuara. Kemudian aku teringat apa yang dikatakan kakakku.
Ingatan yang tiba-tiba muncul itu, entah dari manapun asalnya, tapi ingatan ini meninggalkan kesan yang mendalam.
"Akademi...Kerajaan Holfault? Lalu pelayan istri ayahku? Yang mana seorang elf? Huh? Jangan-jangan...?"
Saat aku bergumam sendiri, tiba-tiba kakakku menegurku karena suara yang aku timbulkan dari gumamanku itu.
"Ada apa?"
"U, um, pria berjas itu. Itu kekasih dari istri ayah, kan?"
Kakakku terlihat terkejut meski dia mencoba untuk terlihat acuh-tak acuh atas pertanyaanku itu.
"Jangan bertanya yang aneh-aneh. Cepat kembali belajar."
Para pria elf itu, yang mana merupakan sub-ras manusia, adalah kekasih dari istri ayah, atau mungkin lebih tepatnya, pelayan dekatnya...aku paham akan semua itu. Atau mungkin lebih tepatnya, aku mengingat semua itu dengan jelas.
Aku merebahkan badanku ke atas meja.
"...Ini kan dunia dari gim otome yang kumainkan."
Ingatan yang tadinya terasa kabur sekarang mulai terasa makin jelas.
Begitu ingatan ini menjadi makin dan makin jelas, aku mulai menyadari bahwa kondisi aneh di sekitarku ini persis seperti gim otome itu.
Kakakku menjitak kepalaku.
"Jangan tidur! Kamu ini kenapa sih hari ini? Kepalamu terbentur sesuatu?"
Aku mendongakkan kepalaku ke arah kakakku.
Aku hanya tersenyum kaku ke arahnya, dan mungkin karena terkejut akan tingkahku ku itu kakakku sampai mundur beberapa langkah.
"K-Kenapa?"
"...Dunia ini sungguh keterlaluan bukan, kak?"
"...A, ah maksudmu itu."
Kakakku hanya tergagap menanggapi pertanyaanku dan segera mengalihkan pandangannya ke buku, seolah-olah mencoba menghindari pertanyaanku itu.
Aku tidak pernah menyangkan akan mengalami pengalaman direinkarnasikan ke dunia lain.
Terlebih lagi, ini adalah dunia yang dipenuhi dengan sihir dan ahli pedang...tapi aku tidak pernah tahu kalau wanita di dunia gim otome ini memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari pria.
Aku memegangi kepalaku karena apa yang baru saja ku sadari ini.
"Aku sial sekaliiiiii!"
Kakak menegurku yang tiba-tiba berteriak tanpa lasan yang jelas.
"Kamu ini kenapa sih? Bisa diam tidak?"
Aku, Leon Baltfault, yang dulunya adalah orang jepang telah direinkarnasikan ke sebuah dunia gim otome.
...Aku harap aku bereinkarnasi ke dunia yang biasa-biasa aja.
Setidaknya itu akan lebih baik dari dunia gim otome....sudahlah aku mau tidur saja.
0 Komentar