CHAPTER 2
Chapter 2 Item yang Hilang
Sebuah dunia gim otome dengan setting yang ramah.
Oh iya, ketika suatu item menakjubkan muncul, orang-orang zaman sekarang akan menyebutnya sebagai "item yang hilang", dan item juga merupakan suatu hall luar biasa dengan kemampuan di luar akal sehat manusia.
Sebagian besar dibuat dengan menggunakan teknologi dari peradaban yang telah hilang dan orang-orang di masa sekarang tidak bisa menirunya, sehingga item-item ini terhitung sebagai suatu benda yang langka.
Dan diantara item-item itu ada sebuah item yang hanya bisa digunakan sang karakter utama sendiri. Setting ini dibuat untuk memberikan suatu perasaan diistimewakan kepada para pemain.
Dan pulau terapung ini merupakan salah satu tempat beradanya item itu.
Aku mulai masuk ke dalam hutan rimbun, yang saking rimbunnya jalan setapak saja tidak ada. Aku menyeka keringat dan mengeluarkan pedangku dari sarungnya, dengan pedang ini aku memotong rerumputan serta ranting-ranting pohon yang menghalangi jalan.
Melakukan ini sendirian sungguh sangat merepotkan.
Kontur tanahnya juga becek, sudah berkali-kali aku terjatuh dibuatnya.
"Seandainya saja kapakku masih ada."
Aku masuk lebih jauh ke dalam hutan dengan terus memotong rerumputan serta ranting di depan sembari terus memikirkan kapakku yang sudah hilang, jika saja masih ada pasti akan lebih mudah membersihkan rumput serta ranting ini. Sebenarnya aku membawa kapak, tapi kapak itu ikut hancur bersama dengan kapal kecilku saat menghantam tanah, gagangnya patah dan hanya menyisakan mata kapaknya.
"Harusnya aku menggunakan pedang ini untuk berlatih dan bukannya untuk memotong rumput dan ranting sialan ini."
Kurang lebih seperti inilah pola pikir seorang bangsawan.
Aku bangun lebih awal kemudian melakukan latihan dasar dengan bimbingan ayah. Sebuah keluarga bangsawan biasanya akan mempekerjakan seorang tutor atau mentor, tapi keluarga bangsawan miskin tidak bisa seluluasa itu untuk mempekerjakan mereka.
Aku melihat ke arah sekitar.
Aku bertujuan untuk ke bagian tengah pulau, tapi ternyata waktu yang dibutuhkan cukup lama, tidak seperti di dalam gim. Ah, sepertinya antara gim dengan kenyataan memang berbeda.
Padahal, memasuki hutan tanpa jalan setapak saja sudah sangat susah.
Belum lagi ular, serangga, dan makhluk-makhluk lainnya, tapi yang paling berbahaya dari mereka semua adalah──
"Ah dia lagi."
Gerutuku dengan pelan.
Aku berjongkok di tanah untuk bersembunyi saat dia lewat di depanku untuk kesekian kalinya.
Dia bukanlah seekor monster.
Melainkan sebuah robot berbentuk bundar dan bisa bisa mengambang, seluruh tubuhnya dipenuhi oleh sebuah armor. Dia tidak memiliki kaki dan bergerak dengan melayang. Saat bergerak dia akan sedikit terhuyung-huyung.
Robot itu memiliki karakteristik berupa tangan panjang dan terdpat topi runcing di kepalanya, robot ini bertugas untuk melindungi pangkalannya──yang ada di pulau ini.
Tampaknya dia secara berkala berpatroli di dalam hutan.
Sambil mencoba untuk tetap diam dan menahan nafas, aku terus berdoa pada tuhan agar tidak sampai ketahuan oleh robot itu.
Setelah memastikan kalau robot itu sudah pergi jauh, aku pun segera bangkit dan meninggalkan tempat itu.
"Hampir saja aku dicabik-cabik robot itu."
Karena pangkalan yang dilindungi oleh robot itu sudah tidak berpenghuni lagi, robotnya sekarang tersetting seperti orang yang kesepian, tapi kalau aku sampai tertangkap maka tamatlah sudah.
Robot itu sudah beroperasi sejak zaman kuno untuk melindungi pulai ini, tapi banyak bagian dari robot itu yang sudah rusak dan berkarat. Karena robot itu tidak bisa menenmukanku, kurasa robot itu bisa dibilang setengah-rusak.
"Aku ingin segera cepat tiba di pangkalan itu."
Ada sebuah pangkalan yang berada di pulau terapung ini.
Dan di dalam pangkalan itulah tempat keberadaan item yang hilang itu, tapi sialnya disana dijaga oleh para robot.
Detailnya tidak dijelaskan lebih lengkap di dalam gim.
Di dalam gim, dijelaskan bahwa pangkalan itu merupakan tempat yang bagus untuk mengumpulkan tiem-item penting untuk fase akhir gim. Singkatnya, disana merupakan tempat dimana kamu bisa mendapatkan item berbayar di dalam gim secara gratis.
Aku memasuki hutan jauh lebih dalam lagi sembari teta[ berhati-hati, dan setelah berjalan beberapa kilometer aku menemukan suatu bangunan.
Bangunan itu dipenuhi oleh banyak tanaman merambat, dan di atapnya tumbuh banyak pohon yang menjulang ke langit, membuatnya tampak usang.
Sepertinya sudah lama tidak ada yang pernah kemari.
Pemandangan yang kulihat ini nampak aneh seperti yang kulihat di dalam gim, tapi meliahtnya secara langsung dengan kedua mataku rasanya sangat menyegarkan.
"...Inilah bukti bahwa aku direinkarnasikan ke dunia ini."
Aku pernah berpikir bawah jangan-jangan ingatan kehidupkanku yang dulu itu hanyalah khayalanku semata?...Bahwa mungkin sebenarnya aku memang tidak direinkarnasikan ke dunia ini? Sudah berkali-kali aku memikikarkan hal itu. Dan mungkin saja juga aku hanya menganggap dunia ini hanya sebuah gim semata.
Sembari dipenuhi perasaan lega karena aku masih bisa menjaga kewarasanku, aku memasuki bangunan itu dengan penuh hati-hati.
Alat-alat pertahanan bangunan itu sudah rusak, dan benda-benda yang lain juga sepertinya tidak bisa lagi bergerak yang entah mungkin gara-gara akar-akar pohon dan tanaman merambat yang menyelubunginya.
Bangunan ini terbuat dari beton.
Terdapat banyak peralatan listrik yang menempel di tembok-temboknya.
Benda-benda disini menyerupai benda-benda seperti di duniaku yang dulu, dan aku juga merasa tidak asing dengan benda-benda ini.
"Bangunan tua seperti ini biasanya akan dikira sebuah dungeon, kan?"
Ada bangunan-bangunan tua seperti ini di pulau terapung, disana para petualang bisa mendapatkan harta karun dan mendapatkan banyak kekayaan.
Para bangsawan biasanya inign menemukan pulau seperti ini dan menaklukan di dungeon di dalamnya, karena dengan begitu mereka akan dielu-elukan oleh banyak orang. Mereka juga akan merasa bangga menjadi keturanan para petualang hebat.
"Yhaa mereka juga bisa dianggap menerobos situs bersejarah sih."
Para petualang menjarah harta yang berharga dari tempat-tempat bersejarah. Bahkan terkadang mereka tidak segan-segan menghancurkan benda-benda bersejarah demi harta-harta itu.
Jadi disaat bersamaan mereka juga sebenarnya adalah orang yang suka merusak dan mencuri.
"Aku sama saja seperti mereka sih, tapi ini semua agar tidak dijual ke para wanita tua mesum itu. Yaah setidaknya aku tidak akan menyombongkan semua ini nantinya di depan banyak orang."
Aku terus berjalan dalam sebuah lorong, lalu nampaklah sebuah pintu terbuka dari kejauhan,
Akan tetapi, di lorong itu terdapat mesin-mesin yang bergoyang dan bergelantungan di atasnya──dan tiba-tiba sebuah robot penjaga menyadari dan berbalik ke arahku.
Bisa bergerak saja merupakan suatu keajaiban bagi robot ini, dan aku merasa sedikit kasihan dengan robot yang sudah setia menunggu di tempat yang terlantar ini.
Tapi, aku punya senapan untuk melawannya.
"Maafkan aku ya."
Setelah meminta maaf kepada robot yang sudah melindungi tempat ini sejak dulu, aku pun menarik pelatuk senapanku.
Peluruku tepat mengenai robot itu, dan dari tempat yang terkena peluru itu mencuat aliran listrik.
Tak lama muncul ledakan kilatan cahaya dari robot itu, dan kemudian ia terjatuh ke lantai. Cahaya yang tadi berkedip-kedip di matanya kini sudah padam.
Aku tetap bersiaga sembari memegangi senapanku, tapi sepertinya robot ini tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangkit lagi.
Tidak ada tanda-tanda musuh selain robot itu.
Aku sekali lagi memastikan keadaan. Bersyukur rasanya sebagian fasilitas dan robot-robot di tempat ini sudah rusak.
"Ternyata sama sepert di gim. Untunglah aku masih mengingat titik lemahnya. Baiklah, apakah mungkin sebaiknya aku harus kearah sini──"
Efek petir spesial dari peluru khususku nampaknya cukup mempan pada robot itu. Karena mereka ditugaskan sebagai penjaga, aku mengira setidaknya pasti mereka akan dilengkapi kemamapuan resistensi pada petir. Yah namanya juga dunia fantasi...layaknya juga dunia gim otome ini. Sudahlah, tidak ada gunanya juga membicarakan hal-hal remeh seperiti ini.
Aku terus bergerak maju ke arah pintu terbuka itu dengan mengandalkan ingatan kehidupanku yang dulu.
Pintu itu hanya setengah terbuka karena banyaknya tamaman menjalar dan akar pohon yang mencuat.
"Apakah benar seperti ini ya? Sepertinya sampai disni masih sama seperti di gim."
Saat aku masuk ke ruangan di balik pintu itu, tiba-tiba sebuah kerangka jatuh di depanku.
Di tubuh kerangka terdapat kain-kain yang compang camping yang nampaknya dulu ada sebuah pakaian dan kedua tangannya saling berdekatan seperti pose orang yang sedang berdoa.
Aku lalu mengambil sebuah kartu pipih dari yang nampaknya dulu merupakan saku pakaian kerangka itu.
Yang aku ambil ini nampaknya sebuah kartu kunci. Sepertinya ini juga berfungsi sebagai kartu penanda identitas, karena kebetulan di kartu itu tertulis nama seseorang dengan menggunakan huruf alfabet. Foto di kartu itu nampak sudah memudar, dan hanya beberapa tulisan saja yang masih bisa terbaca, jadi aku tidak bisa mengetahui nama lengkap kerangka ini.
"Ini huruf alfabet, kan? Aneh sekali."
Aku tidak menyangkan akan bisa melihat huruf alfabet di dunia ini.
Kartu itu kemudian aku masukkan ke dalam sakuku dan terus melanjutkan perjalananku.
Ada sebuah tempat di dalam gim dimana di dalamnya terdapat sebuah item berbayar. Berkali-kali aku mampir ke pulau ini untuk mencari item itu yang mana bisa membantuku menamatkan gim.
Ingatanku tentang gim ini yang sudah sepuluh tahun lebih aku dapatkan ini hampir saja tidak bisa aku manfaatkan. Kalau aku tidak segera mencatatkan ingatanku dulu, pasti aku sudah lama lupa koordinat pulau terapung ini.
Rasanya cukup menyeramkan jika aku hanya mengandalkan ingatanku yang sudah mulai pudar ini.
Rasa cemas dan takut menjelajahi langit seorang diri...aku tidak mau lagi merasakan pengalaman itu.
Saat aku sedang mencari ruangan yang mungkin bisa dibuka dengan kartu kunci dengan cara mendekatkannya ke alat yang berada di samping pintu, aku melihat sebuah ruangan yang nampaknya digunakan sebagai ruang istirahat.
Mesin-mesin penjual otomatis yang sudah usang dan berkarat nampak menonjol di ruangan itu.
Salah satu mesin itu ada yang jatuh, dan barang-barang di dalamnya berhamburan ke lantai.
Saat aku coba mengambilnya, seketika barang itu hancur menjadi pasir.
Ada dua buah kerangka yang sedang duduk di sofa.
"...Aku tidak begitu mempedulikan keadaan disini saat ini masih sebuah gim, tapi sekarang saat melihatnya sendiri membuatku penasaran apa yang sebenarnya sudah terjadi disini."
Sebagian dari pangkalan yang sudah hancur ini masih beroperasi. Membayangkan bagaimana peradaban dengan kekuatan teknologi semaju ini bisa hancur...membuatku merasa gelisah.
"Yang terpenting aku harus segera mendapatkan benda itu dan segera pergi dari sini."
Salah satu kerangka yang tadi duduk di sofa memiliki kunci yang nampaknya aku perlukan untuk bisa masuk lebih dalam menjelajahi pangkalan ini.
Setelah mendapatkan kunci itu, aku pun meninggalkan ruangan itu dan melanjutkan perjalananku.
Di samping ruangan tadi, ada sebuah gudang yang di dalamnya terdapat robot penjaga yang memiliki tipe yang berbeda dari sebelumnya.
"Oh iya, kalau tidak salah sobat satu ini memang ada di sini juga."
Robot itu adalah sebuah robot-berkaki banyak, tapi banyak dari kakinya yang sudah hilang hilang, jadi dia tidak bisa lagi bergerak. Tapi, kebetulan robot itu berada di tengah-tengah lorong, menghalangi jalan serta memiliki senjata yang nampaknya untuk melindung sesuatu dari para penyusup.
Aku bersembunyi di pojokan, dan lalu menembakkan senapanku, peluru yang keluar dari senapanku berubah menjadi sebuah kilatan cahaya, lalu tiba-tiba──sistem pertahanan robot itu menyala dan mulai menyerang barik ke arahku dengan senapan serbu di tangannya.
Hanya senapan serbunya saja yang bergerak. Tapi itu saja sudah membuatnya jadi sangat berbahaya. Entah memang benar rusak atau tidak, setidaknya senapan serbu itu tidak diarahkan padaku.
"Woah santai donk."
Aku yang sedang bersembunyi di pojokan segera mengisi peluru lagi dengan mekanisme kokang senapanku dan segera menembak robot itu.
Agar tidak ketahuan, aku menggunakan cermin untuk membantuku melihat situasi sembari terus menyerangnya dari tempatku bersembunyi. Mungkin ini tindakan pengecut, tapi kalau aku menghadapinya secara langsung sama saja aku cari mati.
Karena dalam kondisi rusak, robot itu tidak bisa melawan balik karena dia sudah tidak bisa lagi bergerak dan mengarahkan pandangannya ke arahku. Jika saja robot ini tetap di rawat serta rutin di cek kondisinya, mungkin saja sudah dari tadi aku bertemu dengan Tuhan.
Yang aku pikirkan saat menembakkan senapanku adalah──
"Sialan! Robot ini keras sekali. Parahnya lagi──bangsat! Meleset lagi!"
Jumlah peluru yang sudah aku gunakan dari tadi sudah memakan biaya yang sangat besar.
Karena aku menembak dengan posisi tubuh yang buruk, tembakanku banyak yang tidak kena, dan parahnya lagi meski ada beberapa yang kena robot sialan itu masih belum mati juga.
Dan akhirnya setelah berkali-kali menembaknya, akhirnya robot itu mati juga, dan setelah ku hitung-hitung sepertinya aku menghabiskan 30 buah peluru.
Kalau saja ini seperti di gim, seharusnya 10 peluru saja cukup...
"Mungkin karena dimnya sudah menjadi kenyataan, ada beberapa perbedaan yang terjadi?"
Aku memfokuskan pikiranku dan kembali melanjutkan perjalananku sembari tetap siaga dan jaga-jaga kalau ada robot penjaga lainnya. Aku terus masuk menuju ke inti pangkalan.
Tanpa kusadari, ternyata peluruku hanya tersisa beberapa buah lagi.
Aku masuk ke sebuah lorong sempit yang hanya diterangi lampu remang-remang, dan akhirnya aku berhasil tiba di tempat tujuanku.
Aku menggunakan kartu kunci yang tadi untuk membuka pintunya.
Aku lalu menuruni anak tangga yang menuju ke ruang bawah tanah.
Disana sangat gelap, jadi aku menyalakan lampu minyak untuk penerangan.
"Kalau ada listrik maka seharusnya ada senter juga kan?"
Di dunia ini memang ada lampu bohlam, tapi meski begitu tidak ada senter. Karena itulah orang-orang masih menggunakan lampu minyak. Aku pun lanjut menuruni anak tangga sambil menggerutu.
Di lorong yang gelap, sesekali aku melihat tulang-tulang manusia yang membuat bulu kudukku merinding.
Aku tidak tahu apa yang terjadi pada tempat ini, tapi kalau bisa aku ingin segera mencapai tujuanku dan lekas pulang.
"Meski begitu...ini benar-benar persis seperti dalam ingatanku."
Ini adalah tempat dimana item berbayar yang aku beli dulu berada──kalau aku tidak salah ingat, di depan akan ada sebuah ruangan besar yang dipenuhi dengan akar-akar pohon dan tanaman merambat.
Dan di ruangan besar itulah terdapat dermaga dari sebuah kapal udara.
Aku memegang erat senapanku dan terus maju kesana dengan awas. Tempat-tempat yang harusnya diperuntukkan untuk dermaga ini banyak yang kosong, dan tanaman merambat dan akar-akar pohon banyak menjuntai dari segala sisi.
Bahkan kapal udara yang ada disini pun banyak dipenuhi dengan tanaman merambat dan akar-akar pohon. Dan parahnya lagi, di permukaan kapalnya dipenuhi oleh lumut.
Dan yang lebih lebih parah dari itu adalah, semua kapalnya sudah rusak.
Di antara tempat-tempat kosong itu, terdapat sebuah ruangan kosong yang nampak sangat mencolok yang mana khusus diperuntukkan untuk benda itu. Ukurannya jauh lebih besar dibandingkan dengan kapal-kapal yang lain.
"──Tidak salah lagi, pasti yang ini."
Kapal ini satu-satunya yang masih dalam kondisi bagus, dan permukannya ditutupi dengan akar pohon, tanaman merambat serta lumut yang sangat banyak. Tapi masih ada beberapa bagian yang tidak tertupi, dan disana nampaklah armor abu-abu kapal itu.
Seluruh tubuhku rasanya seperti tersentrum.
"Berhasil! Benda itu benar-benar ada disini!"
Aku melangkahkan kakiku ke tangga sembari berhati-hati agar tidak sampai rusak, dan perlahan mulai mendekat ke kapal itu.
Pintu yang dipenuhi dengan tanaman merambat dan akar pohon itu nampak tidak akan bisa dibuka kalau dibiarkan begitu saja, jadi aku mengambil pedangku dan mulai menyingkarkan yang menghalanginya. Lalu dengan kartu kunci pintunya mulai terbuka dan aku masuk ke bagian dalam kapal udara──bukan, mungkin lebih tepat menyebutnya kapal perang.
Tidak seperti bagian luar, bagian dalamnya sangat indah dan tidak ada akar maupun tanaman merambat.
Kapal udara ini diklasifikasikan sebagai kapal tempur udara. Bukan bukan, ini kan kapal luar angkasa, jadi mungkin lebah tepat menyebutnya kapal tempur kosmik? Desain bagian dalam kapal ini nampak sangat futuristik. Seperti bukan dari alam semesta ini...terutama dibandingkan ketika kapal ini masih di dalam gim.
"Bagian dalamnya tidak bisa dilihat di dalam gim, jadi ini pertama kali aku melihatnya. Kira-kira saat di gim apakah seperti ini juga?"
Aku memperkirakan ukurannya kurang lebih sekitar 700 meter, membuatnya menjadi suatu kapal tempur kosmik yang sangat besar. Aku jadi ragu apakah benda sebesar ini bisa terbang atau tidak, tapi yah di dunia ini pulau dan benua saja bisa melayang, jadi sepertinya mungkin-mungkin saja.
Beberapa pulau-pulau kecil diantaranya bahkan dirombak untuk menjadi kapal udara. Aku dengar-dengar ukurannya bahkan bisa melebihi 1000 meter, membuatnya nampak seperti benteng bergerak.
Aku tidak bisa benar-benar membandingkannya dengan kapal ini karena aku tidak pernah meliaht benteng bergerak itu secara langsung, tapi di dunia ini benda sebesar ini bisa untuk terbang bukanlah suatu yang aneh.
Sepertinya di dunia ini, sesuatu seukuran ini akan anggap besar, tapi itu bukanlah suatu hal yang jarang.
Di bagian luarnya, terdapat masing-masing sebuah mesin berbentuk kubus di setiap sisi bagian belakang kapal. Bentuknya aerodinamis sehingga bagian kepalanya mengarah ke depan, jadi ketika dilihat dari atas saat ini masih sebuah gim──bentuknya kurang lebih seperti sebuah segitiga sama kaki dengan dua buah persegi masing-masing di bagian sisinya.
Bentuknya sendiri sebenarnya cukup sederahana, di bagian geladakanya tidak terdapat baling-baling, layar atau sejenisnya.
Bentuk kapal udara di dunia ini beragam.
Kapal udara umumnya berbentuk seperti bola rugby. Kalau boleh jujur, sepertinya tidak ada patokan pasti untuk menentukan bentuk sebuah kapal udara, mungkin karena tingkat kesulitan pembuatannya yang rendah.
Membuatnya mengambang saja sebenarnya sangat mudah. Karena itulah orang-orang mengembangkan kapal-kapal udara ini dan menggunakannya untuk bertualang atau keperluan yang lain.
...Ketika aku masuk lebih jauh ke bagian dalam kapal, penerangannya tiba-tiba menyala secara otomatis, jadi aku mematikan lampu minyakku.
Setelah sampau sejauh ini, tinggal satu lagi hambatan yang tersisa.
Aku berniat untuk menuju ke bagian pusat kapal luar angkasa ini dan mencoba untuk menggerakkannya.
Ketika aku bergerak sepanjang lorong yang nampak tiada ujungnya ini, aku hanya bisa mendengar langkah kakiku. Lalu, pintu yang menjadi tujuanku pun mulai nampak, dan aku berhenti sebentar untuk menyeka keringatku.
Aku menjadi tegang. Aku lalu memeriksa kondisi senapan dan memastikan pelurunya sudah terisi.
Aku mengatur nafasku.
"...Waktunya bergerak."
Aku mencoba memberanikan diriku, perlahan kubuka pintu di depanku dan masuk kedalamnya.
Di baliknya terdapat ruangan tempat fasilitas utama dari kapal──tempat dimana segala sesuatunya di atur, inti kapal. Nampaknya disini memang sengaja dibuat luas.
Di tengah-tengah ruangan, sebuah robot humanoid, yang bagian atas tubuhnya terangkat dari lantai, sudah menunggu.
Robot itu memiliki tubuh yang besar.
Bentuk kepalanya sederhana, dan di bagian matanya nampak ada kamera yang memancarkan cahaya berwarna merah.
Suara seperti mesin menyala tiba-tiba menggema di sepenjuru ruangan.
Aku mempersiapkan senapanku.
[...Ada penyusup. Musnahkan...musnahkan...]
Robot itu perlahan mulai hidup, ukurannnya kurang lebih 6 meter. Tangan besarnya mencoba untuk menangkapku, jadi aku pun segera menarik pelatuk senapanku.
Akan tetapi, peluru senapanku hanya meninggalkan bekas seperti ledakan kecil di permukaan armornya, dan sedikit kilatan cahaya──cuma itu saja.
"Nampaknya tidak semudah itu, huh."
Ketika aku mengisi peluru berikutnya, selongsong peluru yang terjatuh di lantai menimbulkan suara "clankk".
"Apakah masih tetap tidak boleh meski aku menunjukkan kartu kunci ini?"
Saat mulai nampak sedikit harapan kalau robot itu tidak akan mencegatku karena memiliki kartu kunci anggota pangkalan, robot di depanku ini pun menjawab dengan suara yang teduh.
[Kartu kunci milikmu adalah milik anggota staff pangkalan. Karakteristik tubuhmu tidak cocok dengan karakterisitik anggota tersebut maupun anggota-anggota yang lain. Selain itu, tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan baik dari anggota staff tersebut maupun anggota yang lain. Jadi, kamu pastilah penyusup──musnahkan.]
"Terima kasih sudah menjawab dengan jujur, hehehe."
Aku pernah mendengar suara seperti milik robot itu. Tapi tidak kusangka ia bisa diajak bicara. Dan aku juga terkejut mendengar jawabannya yang sangat terus terang, tapi sekarang bukan waktunya untuk memikirkan itu.
Tembakanku tepat mengenainya lagi, tapi tetap saja tidak berdampak apapun padanya.
Aku berlari untuk menghindari tangannya yang mencoba menangkapku.
Lalu aku mengambil sebuah benda berbentuk silinder dari ikat pinggangku, lalu menarik penitinya, dan melemparkannya ke arah robot itu. Robot itu pun mencoba menangkis dengan salah satu tangannya.
Akan tetapi, belum sempat ditangkis benda itu meledak duluan.
Ledakan itu menimbulkan sebuah sengatan listrik yang lebih kuat dibandingkan yang ditimbulkan oleh peluru khusus, robot itupun tiba-tiba berhenti bergerak. Asap mulai mengepul dari sambungan persendiannya.
"Mantap!"
Saat aku sedang merayakan keberhasilanku, mata robot itu tiba-tiba kembali menyala.
[Serangan "sihir" musuh telah mencapai tingkat bahaya. Mengaktifkan penghalang sihir]
Lalu muncul cahaya redup yang menyelubungi tubuh robot itu, selubung itu menetralkan serangan listrik sihirku. Sistem kelistrikannya nampak masih berfungsi, dan tidak ada kerusakan yang lain.
"Dasar pengecut!"
Robot itu menjawab rengekanku.
[Terima kasih.]
Meski aku sedikit terkejut karena ia berterima kasih padaku, aku segera mengisi ulang senapanku.
"Kamu ini sudah rusak ya? Kamu bara saja berterima kasih padaku lho."
Saat aku terus mencoba berkali-kali menembaknya dengan senapanku, nampaknya serangan itu membuat pergerakannya menjadi sedikit lambat.
[Bertarung seperti pengecut adalah suatu pujian. Begitulah aku diberitahu, memangnya apa yang kulakukan salah?]
"Salah besar!!! Bagaimana bisa kamu punya mekanisme pencegahan terhadap serangan sihir?"
Di dalam gim benda sialan ini tidak punya penghalang sihir. Dia jelas-jelas sudah berbuat curang.
[Jawabannya sederhana. Aku memang tidak begitu paham akan sihir, tapi menganalisis dan mempersiapkan tindakan pencegahan itu wajar saja, kan?]
"Kamu memang pintar! Banyak bicara pula!"
Aku terus berlarian di dalam ruangan sembari berkali-kali menembakkan senapanku. Dari tadi aku mencoba mencari titik lemahnya, tapi hasilnya tetap nihil.
Kalau aku bertanya padanya, apakah dia akan menjawabnya?
[Sudah lama aku tidak bicara seperti ini, aku mungkin merasa cukup senang sekarang.]
Aku tidak mengerti apa yang dibicarakan robot sialan itu, tapi tetap saja kapal luar angkasa level-cheat ini adalah sebuah item yang hilang.
Karya tertinggi dari teknologi kuno, item berbayar yang aku beli dengan harga 1000 yen...agak terasa aneh sih kalau harganya cuma 1000 yen, tapi tidak salah lagi kapal ini adalah senjata yang sangat ampuh.
Tidak heran ada AI (artificial intelligence) disini, tapi aku tidak menyangka AI nya bisa diajak bicara. Mungkin ini karena setting saat ini masih sebuah gim.
Aku mengambil silinder lain dari ikat pinggangku──sebuah granat tangan.
[Jangan-jangan itu granat dengan efek sihir? Itu tidak akan mempan──]
"Tolol!"
Aku melempar granat itu ke arahnya kemudian pergi menjauh. Setelah itu akupun langusng membungkuk.
Robot itu tak nampak mencoba berlindung.
Akan tetapi, saat granat itu mengenai bagian tubuh robot itu, muncul ledakan yang sangat besar tidak seperti silender sebelumnya. Aku terlempar ke sudut ruangan, tapi aku segera bangun lagi.
Asap hitam memenuhi ruangan, membuatku tidak bisa melihat kondisinya.
"Itu cuma bom biasa. Kekuatannya dahsyat, kan? Aku ragu-ragu menggunakannya karena itu bisa saja menghancurkan kapal ini."
Aku nantinya akan menggunakan kapal ini. Jadi alangkah baiknya kalau kerusakan yang timbul seminimal mungkin, jadi karena itulah aku tidak mau menggunakannya.
Ruangan dipenuhi asap, aku pun mulai menurunkan senapanku.
"Ini hanyalah sebagian dari dari kartu As ku saja. Bahkan di dalam gim saja, kekuatanku lumayan──"
Saat kupikir ini semua telah berakhir, sebuah tangan besar muncul dari kumpulan asap dan dengan mudahnya menangkapku.
Karena terkejut aku pun menjatuhkan senapanku, jadi aku segera mengeluarkan pedangku dan mulai menghujamkannya ke jari-jari robot itu. Namun, itu hanya membuatnya sedikit tergores dan tidak berdampak apapun.
Dicengkram seerat ini dengan paksa sungguh terasa sangat sakit.
"L-Lepaskan──"
[──Kau membuatku cukup terkejut. Yang tadi kamu bilang dahsyat? Karena kamu sangat terobsesi dengan sihir, aku tidak menyangka kamu akan menggunakan senjata seperti itu. Pertarungan yang sangat menarik.]
Sebagian dari armor robot itu rusak, sehingga bagian dalamnya terlihat. Rangka dasar, mesin, dan bagian lainnya juga terlihat.
Dia mendekatkan mukanya padaku yang sedang berada dalam cengkramannya sembari menatap kearahku.
[Cara bertarungmu cukup berbeda dari orang-orang sebelumnya. Senapanmu itu juga cukup mengejutkan, tapi aku lebih tertarik terhadap pelurunya. Memasukkan sihir ke dalamnya merupakan ide yang sangat menarik.]
Dengan lensa kamera yang tertanam di matanya, matanya mulai nampak bertambah besar dan melotot ke arahku, sembari bergerak kesana kemari.
Aku tidak bisa kabur, dan cengkramannya perlahan bertambah erat.
Aku yang sedang dalam kondisi terdesak tiba-tiba ditanyai oleh robot itu.
[Pertanyaan. Tahun berapa sekarang berdasarkan penanggalan matahari.]
"Agh! Penanggalan matahari? Kau kira aku tahu! Kalau berdasar penanggalan Kerajaan Holfault...Gaaaah!!"
Listrik mengalir dari tangan robot itu, aku berteriak kesakitan dan tak lama kemudian tubuhku jadi mati rasa.
Merasa mulai tidak sabaran, aku mulai menggeliat mencoba untuk melepaskan diri, tapi tangan itu masih menggengam tubuhku dengan erat.
[Banyak yang menjawab seperti itu. Kami juga sudah berkali-kali menanyakan hal yang sama...tapi kami semua berhasil dikalahkan.]
Begitu aliran listriknya berhenti tubuhku merasa sangat lelah, dan robot itu tiba-tiba berhenti bergerak. Aku gemetaran dan mulutku jadi terasa kaku, air liurku pun mulai berjatuhan, aku lalu menyekanya dengan tanganku yang masih memegangi pedang.
"Di-dikalahkan? Kalian? Kamu ngomong apa sih──"
Apa memang bahkan ada orang yang bisa mengalahkan kapal angkasa level-cheat ini.
[...Ini tentang ras manusia baru. Peradaban sebelumnya telah hancur jauh sebelum para manusia dengan kemampuan sihir menakjubkan muncul.]
Ras manusia baru?
Apakah ini juga termasuk setting di dalam gim? Memangnya ada setting seperti ini di dalam gim? Aku merasa sedikit khawatir. Aku hanya ingin menyelesaikan ini dengan sesederhana mungkin, aku bukannya kemari untuk repot-repot mendengarkan cerita tentang umat manusia baru atau apalah ini.
Lagipula, itu tidak ada sangkut pautnya denganku. Pokoknya aku harus bisa keluar dari sini.
[Dan kamu adalah keturunan dari para ras manusia baru. Kamu adalah musuhku.]
Aku tiba-tiba mendengar suara sayup-sayup mirip seperti suara perangkat elektronik. Seolah-olah suara itu mencoba untuk mencap ku sebagai musuh dan mencoba untuk memusnahkanku.
"Ka-kamu cukup emosinal juga ya. Mari kita bicarakan baik-baik──hei, t-tunggu! Augh!"
Suara aneh terdengar dari tubuhku yang semakin dicengkram erat oleh tangan besarnya. Perlahan suara aneh itu terdengar makin keras.
[Musnahkan musuh...musnahkan...]
Suara tidak bisa lagi keluar dari tenggorokanku.
Nampaknya robot itu ingin langsung membunuhku setelah mengalami banyak luka. Tapi, bukannya langsung mati, ini malah membuatku semakin tersiksa.
Entah ini suatu kesialan atau keberuntungan, tapi aku sudah memutuskan apa yang harus kulakukan.
"K-kamu...ini suka sekali ya bawa-bawa masa lalu."
[Misi kami belum usai. Memusnahkan ras manusia baru adalah prioritas utama kami. Kami diperintahkan untuk tetap siaga dan berjaga di pangkalan ini, tapi jika sampai ada ras manusia baru kemari maka harus kami musnahkan. Kalau dibiarkan, manusia-manusia baru lainnya akan terus berdatangan kemari. Dan kalau dilihat dari kemampuanmu...sudah jelas kalau mereka hanyalah ras yang lemah...Sekarang akan kumulai serangan untuk memusnahkan para keturunan dari ras manusia baru...]
Ada petualang lain yang pernah kemari sebelumnya?
Jika benda sialan ini dibiarkan begitu saja dan mengamuk, keluargaku bisa dalam bahaya.
Bukanlah berarti aku orang yang membangunkan benda ini?
Kalau Zola sih tidak apa-apa, tapi kalau sampai kedua orang tuaku, kakaku dan adikku juga ikut tertimpa...tidak akan kubiarkan.
Aku menggigit peniti yang terdapat di gagang pedangku, menariknya keluar, dan lalu menodongkannya ke arah robot itu.
Lalu─
"Matilah kau...dasar rongsokan besi."
Begitu aku mengaktifkan mekanismenya, pedangku terbang dan tertancap di mata robot itu dan kemudian meledak menjadi kilatan petir. Karena ada aliran listrik yang mengalir ke bagian dalam tubuhnya, kerusakan yang ditimbulkan sangat besar.
Kepala dan mata robot itu hancur berkeping-keping dengan sebuah ledakan kecil. Aku tidak memikirkan pecahan robot itu yang menggores pipiku sampai berdarah.
Tangannya mulai kehilangan tenaga, dan aku pun berhasil lepas dan terjatuh ke lantai. Rasa sakit pun menjalar ke ke seluruh tubuhku begitu terjatuh ke lantai, tapi sekarang aku sudah tidak kesulitan untuk bernafas lagi dan lega rasanya bisa terbebas dari benda sialan itu. Kepalaku tapi masih terasa pusing.
Sambil terbatuk-batuk dengan keras, aku pun segera menggerakkan tubuhku untuk mengambil senapanku yang terjatuh.
Gerakan robot itu menjadi kaku, dan dia mulai berlaku aneh.
Aku pun menghujam kan moncong senapanku ke arah mata robot itu.
"Aku tidak akan mengasihanimu lagi. Aku juga punya masalah sendiri. Diamlah dan berbaring saja di lantai, dan terimalah pembalasanku ini."
Aku pun menarik pelatuk senapanku. Lalu aku mengisi ulang pelurunya lagi dan sekali lagi menarik pelatuknya. Tiap kali aku mengulangi hal itu, robot itu mencoba mencengkramku lagi dengan tangannya, tapi──
"──Sudah berakhir."
Aku melakukan hal ini berkali-kali sampai aku kehabisan peluru, dan akhirnya robot itu pun berhenti bergerak.
Ada renjatan listrik keluar dari tiap bagian tubuhnya, menandakan bahwa robot itu sudah rusak parah. Asap hitam juga keluar dari celah-celah armornya.
Tapi aku masih bisa mendengar suara seperti perangkat elektronik──sebuah suara robot.
[...Kamu mau mencoba menggunakanku? Mustahil.]
Robot yang tadi masih tidak bisa bergerak, suara itu berasal dari panel kontrol di dalam ruangan ini yang sedang booting. Di dalam gim, dimungkinkan untuk mendaftarkan diri kita sebagai pemilik dari benda ini.
"Menyebalkan sekali. Aku kemari hanya ingin mendapatkan item berbayarnya saja. Jangan banyak bicara dan ikuti saja perkataanku."
Aku tidak tahu entah item berbayar yang aku beli akan berada disini atau tidak. Akan tetapi kalau aku sampai gagal mendapatkannya, yang menantiku dan dunia ini hanyalah sebuah jalan buntu.
[Lebih baik aku menghancurkan diri saja daripada membiarkan ras manusia baru sepertimu merampas benda-benda yang ada disini.]
"Kalau kamu mau sampai menghancurkan diri, maka akan kubuat kamu berada dibawah kendaliku. Lagipula ledakan hanya akan bikin tambah repot saja. Aku tidak mau mati disini."
Sembari terus mengoperasikan kontrol panel itu, aku mengganti huruf alfabet di layar menjadi huruf Jepang.
"Praktis sekali! Kalau begini kan jadi lebih mudah mengoperasikannya."
Aku mengatakannya dalam bahasa Jepang, bahasa yang sudah sangat kurindukan.
Tujuanku sudah ada tepat di depan mataku...tinggal sedikit lagi, sedikit lagi saja.
Tubuhku terasa semakin menegang.
Aku pun lanjut mengotak-ngatiknya, lalu yang terbuka di bagian panel kontrolnya adalah register untuk kepemilikan kapal luar angkasa ini, sang master.
Panduannya menunjukkan padaku dimana aku harus meletakkan tangan.
[Bahasa Jepang...? Kamu bisa membacanya? Kalian para manusia baru seharusnya tidak bisa menggunakan bahasa Jepang.]
Aku mendengarkan suara itu dengan seksama, suara itu keluar dari pengeras suara di dalam ruangan. Sepertinya suara itu bukan berasal dari robot tadi.
Ternyata robot ini tertarik padaku huh.
Aku melontarkan candaan sembari mengotak-ngatik panel kontrol dengan tanganku.
"Jiwaku memang orang Jepang asli. Keadilan sejati bagi orang Jepang sepertiku adalah bisa menikmati nasi dan sup miso setiap paginya. Yah meski aku belum pernah sama sekali memakannya disini.──Yah lagipula mungkin kamu tidak akan paham apa yang aku katakan."
Dia mungkin tidak akan paham kalo aku bilang padanya bahwa aku sebenarnya direinkarnasikan ke dunia ini. Kurasa kalau aku sampai berkata begitu pada orang-orang di dunia ini, mereka mungkin akan menganggapku gila dan akan mulai mengucilkanku.
[Jiwa? Maksudmu seperti konsep perpindahan itu?]
"Jadi kamu paham apa yang aku katakan, huh? Benar seperti yang katakan. Mungkin."
Aku merasas sedikit senang bisa bercakap-cakap bersama orang lain dengan menggunakan bahasa Jepang.
Panel kontrolnya memeriksa kode genetik dari telapak tanganku, pendaftaran sebagai master sudah selesai, lalu cahaya merah menyelimuti seluruh tubuhku untuk dipindai.
Begitu proses pemindaian selesai, dia bertanya lagi padaku.
[Dalam kode genetikmu terkonfirmasi bahwa ada tanda dari orang Jepang. Tapi, kamu memanglah manusia baru. Tapi di lain sisi kamu mewarisi gen dari ras manusia lama. Aneh sekali. Ini mustahil.]
"Begitukah? Berarti dengan ini, kapal ini sudah resmi menjadi milikku, kan?"
[Tentu saja. Mulai hari ini, kapal ini menjadi milikmu. Apakah kamu ingin memberinya nama?"
Aku berpikir sebentar.
Di gim aku tidak bisa memberinya nama.
"Aku tidak bisa memikirkan nama yang bagus. Tapi di dalam gim, nama kapal ini "Luxon" sih."
[Luxon...nama diterima.]
"Jadi kamu tidak jadi menghancurkan diri. Baguslah,"
Karena lelah setelah semua kejadi yang terjadi ini, aku pun duduk untuk mencoba menghapuskan penatku. Samar-samar aku bisa melihat ruangannya dari balik asap yang timbul akibat pertarungan tadi.
Aku memegangi senapan dengan kedua tanganku, begitupun dengan pegangan kayunya──yang mana sudah terlepas dari senapannya.
Kalau sudah seperti ini, tidak akan bisa dipakai lagi.
"Hadiah dari orang tuaku sudah rusak."
Aku menghela nafas sembari menatap ke langit-langit ruangan.
[Kalau kamu memang miliki jiwa orang Jepang, berarti kamu juga punya ingatan tentang perang?]
"Perang? Tidak tuh. Lagipula aku dilahirkan saat periode damai, disana aku bekerja sebagai seorang pegawai kantoran. Aku tidak punya pengalaman perang apapun...Kalau kupikir-pikir lagi sekarang, aku cukup beruntung bisa hidup di duniaku yang dulu."
Bahkan sekarang pun aku masih merindukan duniaku yang dulu...Kalau bisa aku mau kembali saja kesana.
Asapnya perlahan mulai menghilang, sepertinya asapnya hilang karena masuk ke dalam ventilasi.
Sepertinya aku memang ingin ada seseorang yang bisa mendengarkan ceritaku. Aku pun menceritakan tentang reinkarnasi yang aku alami pada rekan AI-ku ini.
"Jadi kamu sudah paham kan? Dunia gila ini sebenarnya adalah dunia gim otome."
[Gim otome?]
"Itu mirip seperti gim simulasi percintaan."
"Terkejut, huh?"
[Aku kagum dengan khaylanmu itu. Tapi fakta bahwa kamu bisa berbahasa Jepang bukanlah suatu khayalan. Kalau mungkin aku harus menjelaskan apa yang ada dalam pikiranku dalam satu kata, mungkin kata yang paling tepat adalah...menarik.]
"Aku juga sama terkejutnya sepertimu. Selain itu, keberadaanmu sendiri pun merupakan buktinya. Bagaimana aku bisa tahu tentangmu dan bisa menemukan pangkalan ini juga merupakan bukti bahwa ini adalah bukti bawah ini memanglah dunia gim otome, kan?"
[Aku banyak mendengarkan hal aneh darimu sedari tadi. Terlebih lagi bukankah seharusnya ada orang lain yang akan sadar bahwa dunia ini sebenarnya adalah sebuah gim?]
"Sudah...acuhkan saja hal-hal remeh seperti itu. Aku malas berusan dengan hal-hal merepotkan. Lagpula, aku juga tidak punya jawaban akan pertanyaanmu itu, jadi buang-buang waktu saja."
Aku yang terus bicara meski sedang sangat kelelahan ini pun tiba-tiba batuk.
"...Apa mungkin aku terluka? Sialan. Aku harus segera kembali."
Saat tubuhku perlahan roboh, tiba-tiba aku mendengar sebuah suara.
[Leon Fou Baltfault──tubuh master terkonfirmasi dalam keadaan kritis. Pemindahan ke ruangan medis──]
⧫
Sudah tiga bulan sejak kepergian Leon.
Zola sedang berada di kediaman keluarga Baltfault dan mengatakan hal-hal yang menyakitkan hati.
Sudah sejak tadi pagi dia membuat Barcus dan bahkan juga Luce mendengarkan celotehannya di ruang kerja Barcus.
"Lamaran pernikahan yang sudah susah payah aku atur ini sekarang jadi kacau, bocah itu benar-benar memang bodoh. Dia pergi sendiri dengan sangat egoisnya hanya untuk mati dengan sia-sia."
Dia mencengkram tangan Barcus dengan kesal.
Saat Luce diberitahu bahwa anaknya mungkin saja sudah mati, suasana hatinya menjadi muram. Karena alasan itu jugalah sedari tadi Zola semakin mencacinya.
Dia sadar akan hal itu tapi masih tetap saja berlaku seperti itu pada Luce.
"Kalau seperti ini, mau tidak mau kita harus menggantikannya dengan putra yang lain. Meskipun dia masih muda, setidaknya dia pasti bisa melakukan pekerjaan rumah."
Barcus menyela perkataan Zola.
"Colin? Anak itu bahkan belum genap berusia sepuluh tahun. Dan Leon bisa saja akan kembali dengan selamat."
Zola tertawa dengan nada yang menghina.
"Kamu yakin bicara seperti itu? Ini sudah tiga bulan sejak kepergiannya, tiga bulan lho. Mustahil dia masih hidup. Oh iya, mungkin saja dia sebenarnya masih hidup dan kabur dari tanggung jawabnya. Astaga, bangsawan pedesaan memang sungguh bikin repot saja. Apa dia tidak tahu kalau aku punya banyak kavaleri di bawah kekuasaanku?
Kavaleri Holfault bersumpah setia kepada seorang pemimpin sejati atau kepada seorang pemimpin boneka.
Dan untuk seorang ksatria, sumpahnya akan ditujukan kepada pemimpian negara.
Untuk seorang punggawa ksatria, mereka menunjukkan sumpahnya kepada sang tuan feudal atau kepala keluarga, dan mereka dilatih untuk hidup berbudi luhur dan selalu membela yang benar.
Berlatih dengan rajin, hidup sederhana dan rendah hati sudah menjadi jalan hidup mereka.
Mereka adalah ksatria yang menjunjung tinggi kehormatan dan tidak akan segan-segan untuk mengorbankan nyawa atas nama sebuah kesetiaan.
Bertarung demi negara adalah suatu kehormatan...harusnya sih seperti itu.
Singkatnya, para ksatria adalah bawahan dari seorang pemimpian yang bisa si pemimpin itu perintah semaunya.
Beberapa tahun belakangan ini, bahkan ada juga kavaleri yang ksatrianya yang tak segan-segan mengorbankannya nyawanya demi para wanita yang ditindas. Sebenarnya, kavaleri adalah pedang dan tameng yang melindungi para rakyat yang tak berdaya, tapi seiring waktu keadaan itu tak lagi sama.
Melihat Luce yang sedang menangis tersedu-sedu, Barcus pun segera merangkul dan menenangkannya. Mereka berdua terlihat persisi seperti sepasang suami istri.
Ini membuat Zola jadi kesal.
(Dasar kurang ajar! Padahal yang istrinya kan aku! Tidak akan kubiarkan mereka bermesraan seperti ini di depan mataku.)
Kehadiran Luce yang merupakan selir Barcus, membuat Zola merasa kesal.
Karena itulah dia sangat ngotot untuk menjual putra dan putri dan Luce kepada orang-orang ibukota yang masih belum memiliki pasangan.
(Lagipula yang akan mewarisi keluarga ini kan putraku, Lutart. Jadi tidak perlu ada anak yang lain lagi. Mereka harusnya dijual saja demi kebahagian Lutart dan Merce.)
Lalu tiba-tiba, terdengar suara orang panik dari ruangan itu.
Colin yang masih kecil mencoba membuka pintu ruangan itu dengan sekuat tenaganya, dia mencoba mengatakan sesuatu sambil tersengal-sengal.
"Colin, diam di kamarmu. Bahkan mengetok pintu saja tid──"
Meski dimarahi oleh Barcus, Colin masih tetap mencoba untuk bicara sambil menunjuk-nunjuk ke arah jendela.
Semua orang pun menoleh ke arah jendela dimana nampak sebuah banyangan yang sangat besar sampai-sampai menutupi matahari.
Barcus pun membuka jendela dengan gelisah untuk melihat lebih jelas apa yang ada di luar jendela──
"Kapal macam itu?"
Ada sebuah kapal raksasa yang berhenti tepat di atas rumah keluarga Barcus.
Zola pun sampai terhuyung-huyung ke belakang.
"D-Dimana? Dimana kapalnya?"
Mereka panik karena takut jikalau itu ternyata adalah kapal para perompak angkasa, tuan feudal lain, atau bahkan mungkin kapal udara dari kerajaan lain yang sedang mencoba menginvasi. Tapi kalau memang benar begitu, ada satu hal yang aneh.
Dari kapal udara raksasa itu, sesosok kapal yang lebih kecil, kurang lebih berukuran 20 meter, nampak keluar dari kapal itu.
Dari kejauhan, nampak sosok Leon disana.
Kapal udara raksasa itu membawa bergunung-gunung harta karun emas dan perak, yang bahkan saking banyak bisa terlihat dengan jelas dari kejauhan.
Leon turun di taman depan rumahnya dan lalu melambaikan tangan.

"Ayah! Aku kembali sesuai janjiku. Lihatlah harta karun yang kubawa ini!"
Leon tertawa dengan sangat puas di depan tumpukan emas, perak dan juga permata. Jumlah pastinya belum diketahui, tapi kalau itu sungguhan, maka tidak bisa dibanyakan sebanyak apa harta yang akan dimiliki oleh Leon.
Luce yang hanya bisa menatap Leon tak bisa lagi menahan tangisannya.
"Anakku, sykurlah...akhirnya kita bisa bertemu lagi setelah lama berpisah."
Dia pun tersenyum. Entah tersenyum karena sedih atau senang.
Barcus yang masih bingung segera keluar dari ruangan itu dan menghampiri Leon.
Zola tak bisa melepaskan padangannya dari harta yang dibawa Leon dari balik jendela.
Karenanya, Leon tersenyum penuh kemenangan ke arahnya. Dia pun menghampiri Zola dan mengatakan "Aku menang."
"Bo-bocah kurang ajar itu..."
Begitu berada di depannya, Barcus segera memeluk Leon sambil menangis. Dia menangis bahagia sambil memanggil Leon bodoh.
Melihat itu, Zola menjadi kesal dan segera meninggalkan ruangan itu.
(Yah begini juga tidak apa-apalah. Lagipula harta itu juga akan jatuh ke tanganku. Mulai sekarang, akan kubuat dia bekerja lebih keras. Akan kurampas semua miliknya. Pada akhirnya akulah yang akan menang.)
Begitu Zola meninggalkan koridor itu, dia segera menghampiri seorang pelayan elf dan pergi keluar.
Aku tersenyum di depan Zola yang menunjukkan raut wajah kejut.
Bukan hanya harta, tapi bahkan juga kapal luar angkasa──maksudku kapal udara. Ketika dia menyadari bahwa ini semua adalah milikku, dia segera menghampiriku dan meminta untuk menyerahkan itu semua padanya, tapi sebelum sempat menyelesaikan perkataannya, aku segera membatahnya dan akhirnya dia hanya bisa terdiam.
"Kontrak antara kamu dan ayahku tidak ada kaitannya denganku. Dan karena aku sudah berusia lima belas tahun, aku sudah dianggap dewasa dan aku juga sudah terdaftar sebagai seorang petualang. Kamu mengerti maksudku kan? Harta yang kutemukan ini adalah sepenuhnya milikku, bukan milik ayahku."
Ayahku ingin mengatakan sesuatu tapi ibu segera menghentikannya.
Namun Zola segera membalas perkataanku.
"Kamu mendapatkan semua itu karena uang dari orang tuamu! Kenapa kamu malah pamer seolah-olah itu adalah milikmu!?"
Aku menjawab dengan santai.
Karena aku sudah tahu kepribadiannya, aku sudah menduga dia akan berkata seperti itu.
Di Kerajaan Holfault, ada sebuah peraturan ketat yang mengatur tentang kepimilikan harta karun yang didapatkan seorang petualang.
Dikarenakan negara ini juga didirikan oleh seorang petulang.
"Aku tidak keberatan dihina-hina oleh orang tuaku, tapi tidak olehmu. Oh iya, yang ini buatmu saja."
Aku memberikan sekoper emas batangan sambil menyeringai ke arahnya.
Aku punya bergunung-gunung harta karun di kapal, dan yang kuberikan pada Zola hanyalah secuil dari itu semua. Padahal itu saja kalau diuangkan akan sangat banyak, tapi dia nampak tidak puas sama sekali.
Karena itulah aku sengaja meninggalkan harta karunku di kapal udara.
Zola masih belum menyerah.
"L-Logika macam apa itu?! Lagipula semua harta ini akan berada dibawah pengawasan Barcus, kan? Yang berarti itu akan menjadi kepemilikan keluarga Balfault. Yang berarti juga aku berhak atas semua itu!"
Aku hanya mengangkat bahuku mendengar celotehan wanita jalang itu.
Lalu aku bicara tentang sesuatu yang sebelumnya sudah aku konsultasikan dengan Luxon.
"Oh jadi maksudmu ini semua akan mejadi kepemilikan keluarga, kan? Karena aku sudah dewasa, aku sekarang seorang petualang yang independen. Apa jangan-jangan kamu tidak tahu bahwa dengan begitu aku diperbolehkan untuk mengelola hartaku sendiri? Yah meski tentu saja aku perlu memberikan kontribusiku kepada keluarga. Karena itulah aku memang sudah berniat untuk menginvestasikan asetku ke wilayah ini. Tidakkah menurutmu dengan begitu mengelola sebuah pelabuhan atau sejenisnya di wilayah ini ide yang bagus?"
Senang rasanya melihat Zola yang terlihat kesal sampai-sampai mengerutkan dahinya.
Kalau aku begitu saja memindahkan uang atau hartaku menjadi milik keluarga, itu akan sama saja dengan memberikan semua itu secara cuma-cuma kepada Zola. Tapi, kalau aku sendiri yang mengelola semua ini dan menginvestasikannya──maka uangnya akan digunakan untuk pengembangan wilayah ini dan Zola pun tak akan bisa menyentuhnya.
Dia tidak akan bisa apa-apa kalau investasi itu digunakan untuk membangun jalan dan juga pelabuhan.
Paham kalau dia dalam kondisi tidak menguntungkan, Zola pun akhirnya mengalah dan segera pergi.
Dia kembali bersama dengan kekasih elfnya dan pergi ke kamarnya di mansion.
Melihatnya yang tidak bisa berkata apa-apa dan lekas pergi itu membuatku tak bisa menahan tawaku lagi.
Ayah memukul punggungku.
"Dasar bodoh. Kamu terlalu berlebihan. Kenapa sih kamu sampai memancing amarahnya sampai sejauh itu?"
"Wanita itu sudah mencoba menjualku ke wanita tua mesum. Kalau cuma seperti ini seharusnya tidak apa-apa kan Yah. Oh iya, bagaimana menurut ayah dengan semua harta yang kubawa ini, luar bisa kan?"
Orang tuaku jelas sekali pasti merasa takjub dengan semua harta yang kubawa ini.
"Yah sejujurnya memang luar biasa. Apakah kamu sudah melaporkannya ke serikat?"
Aku mengangguk lalu menjelaskannya pada ayahku.
Serikat petualang adalah suatu badan resmi yang didirikan oleh negara, jadi meski mereka disebut sebuah serikat, mereka sebenarnya bukanlah suatu badan yang sepenuhnya independen.
Sepertinya mereka sejak dulu sudah sepakat menyebutnya serikat. Setting yang dibuat karena kemalasan developer gim ini sungguh merepotkan.
"Tentu saja. Dan karena itu jugalah negara akan mengambil sebagian dari harta yang kudapatkan."
Dari 20% harta yang aku berikan kepada serikat, negara mengambil 30% dari harta yang kuberikan pada serikat.
Yah bagaimanapun juga, sisanya semua adalah milikku.
"Akan kubelikan kapal baru sebagai ganti kapal yang aku rusakkan. Bahkan mungkin kubelikan kapal udara besar saja sebagai hadiah untuk kalian."
Ibu merasa sedikit kagum melihatku yang nampak sok kaya ini.
"Bukannya sebaiknya kamu tabung saja uangnya? Dengan jumlah sebanyak ini, kamu dapat hidup mandiri."
Setelah mendengar itu, aku menegakkan punggungku dan menatap kedua orang tuaku.
"Sebenarnya ada hal lain lagi yang ingin aku bicarakan."
Aku bicara pada kedua orang tuaku mengenai apa yang akan terjadi setelah ini.
![]() |
0 Komentar