DEATH IS THE ONLY ENDING FOR THE VILLAIN TERJEMAHAN BAHASA INDONESIA CHAPTER 3

 CHAPTER 3

Death Is The Only Ending For The Villain - Novel Updates

"Lady. Cepat bangun."

Aku mendengar bisikan seseorang di telingaku.

Meskipun aku orang yang bisa dengan mudah tertidur, tapi jika ada gangguan kecil saja aku pasti akan langsung terbangun.

Aku terus memikirkan kejadian yang telah menimpaku ini sepanjang malam sampai sulit untuk tidur, aku berharap ini semua hanyalah mimpi. Aku benar-benar berharap untuk bisa terbangun jika ini benar adalah mimpi, dan saking lelahnya memikirkan semua itu aku pun tertidur.

"Lady."

Bisikan itu terdengar lagi.

'Dia memanggilku?'

Dua pria bermata biru itu sudah pergi, dan kalau aku tidak salah ingat, sebelum aku tertidur hanya aku seorang yang berada di kamar ini.

Jadi tidak salah lagi, orang yang dimaksud "lady" ini pastilah aku.

"......".

Aku jadi mengantuk karena tenggelam dalam pikiranku sendiri sehingga aku tidak bisa segera membalas panggilan itu.

Saat itulah tiba-tiba aku mendengar desiran dari punggungku.

Aku jadi tidak mengantuk lagi. Aku mengerahkan seluruh tenagaku untuk bangun.

Tiba-tiba rasa sakit menjalar di tanganku.

"Ack!"

Aku seketika membuka mataku.

Aku langsung menjerit begitu terbangun, dan segera menyingkarkan selimutku. Lalu akupun mengangkat lengan bajuku.

Aku mau memeriksa rasa sakit yang tiba-tiba aku rasakan tadi.

'I-Ini...'

Aku sangat terkejut melihat kondisi tanganku yang tadinya tertutupi piyama biru itu.

Lengan kurusku dipenuhi lebam titik-titik berwarna kebiruan seperti habis ditusuk jarum.

Kalau saja ini sebuah kain dan bukan tangan manusia, penampakannya akan seperti kain yang penuh bolongan.

Dan aku jadi semakin kaget melihat darah yang tiba-tiba menetes dari lenganku.

"Akhirnya anda bangun juga."

Sebuah suara santai dan terkesan acuh tak acuh terdengar dari samping kasurku.

Aku segera menoleh dan melihat seorang gadis berambut coklat dan memiliki bintik-bintik di sekujur wajahnya. Dia seorang pelayan.

Di dalam ilustrasi gim, para pelayan semua memakai pakaian yang sama dan wajah mereka juga tidak ditunjukkan.

Dan gadis di depanku ini adalah pelayan dari gim itu.

Dia tidak terlihat memegang apa-apa, aku tidak tahu dimana dia menyembunyikan jarum yang digunakan tadi untuk menusukku.

Dia memperhatikanku sambil menunjukkan wajah yang seolah-seolah sedang mengolokku. Dia terlihat puas sekali.

'Dia ini kenapa sih, padahal aku tidak melakukan apa-apa kan!'

Rasanya aku ingin langsung memaki-makinya.

".....!"

Tapi tidak ada suara yang bisa keluar dari mulutku.

'Sialan!'

Aku menatap pelayan itu tanpa berkata apa-apa, dan dia bertingkah seolah tidak tahu apa-apa.

"Saya sudah menyiapkan air untuk anda lady, jadi silahkan untuk bersegera mandi."

Dia menunjukkan senyum licik dan mulai merapikan kasurku. Sepertinya dia sudah sering melakukan hal itu pada pemilik tubuh ini.

Aku hanya terdiam dan menggigit bibir bawahku, tapi si pelayan itu mendorong tubuhku untuk memaksaku segera mandi. 

Tadi dia bilang sudah menyiapkan air untukku, tapi yang sekarang ada di depanku hanyalah sebuah bak mandi kosong dan sebaskom air dingin.

Airnya sangat dingin sampai-sampai membuat tubuhku merinding meski hanya menyentuhkan ujung jariku.

'Aku tidak berharap dia akan repot-repot membantuku mandi, tapi ini sudah sangat berlebihan.'

Di gim dijelaskan kalau si penjahat memang mendapatkan perlakuan yang sangat buruk, tapi tidak dijelaskan perlakuan seperti apa yang didapatkannya.

Sekali lagi aku harus menerima semua kenyataan ini.

Kenyataan bahwa sekarang aku terjebak dalam sebuah gim.

Aku menggulung lengan bajuku dan melihat bahwa bekas lukaku tadi sekarang sudah ditutupi oleh darah kering, melihat ini membuatku merasa kasihan pada pemilik tubuh ini.

'Apa-apaan ini. Tidak ada yang seperti ini di dalam g-'

Tiba-tiba muncul sebuah gambaran di dalam benakku.

Nampak si penjahat mengenakan sebuah gaun yang menampakkan bagian pundaknya.

Tidak seperti ilustrasi karakter lain yang sangat menawan dan sempurna bagaikan para dewa dewi, si penjahat digambarkan memiliki banyak titik-titik kecil di lengannya.

'Astaga. Aku kira itu tanda lahirnya.'

Kalau saja saat itu aku menyadarinya, mungkin ini saja akan menjadi petunjuk penting untuk bisa mendapatkan ending...

Ternyata itu adalah bukti atas perlakuan buruk yang diterimanya.

Meskipun aku agak sedikit tidak percaya, tapi aku tidak menyangka plot ceritanya akan dibuat sedetail ini.

"Lady. Sarapan anda sudah siap. Apakah anda sudah selesai mandi?"

Desak si pelayan dari balik pintu kamar mandi.

'Dasar, berani-beraninya dia berkata seperti itu.'

Aku merasa sangat kesal dibuatnya, tapi mau bagaimana lagi, aku pun segera membasuh tubuku dengan air dingin itu.

Bagiku yang sudah bertahun-tahun diperlakukan dengan amat sangat buruk oleh saudara tiriku, hal ini bukanlah apa-apa.

Lagipula aku adalah si penjahat, akan ku balas si pelayan jalang itu dengan menusuk-nusuk tangannya seperti yang diperbuatnya padaku. Tapi aku harus menyelidiki semuanya terlebih dahulu.

Karena sekarang, aku tidak bisa mengatakan apa yang ada dipikiranku dengan bebas.

Begitu aku keluar dari kamar mandi dan mengeringkan wajahku, aku melihat sebuah meja dengan makanan yang disajakan di atasnya seperti yang pelayan itu katakan.

Aku bahkan sepertinya harus makan di dalam kamar karena hukuman dari putra pertama Duke.

"Silahkan duduk, Lady."

Dengan tangannya si pelayan itu mendorongku untuk segera duduk. Aku hanya bisa merasa kesal dengan perlakuannya itu.

Makanan di atas meja ini terlihat seperti bukan makanan yang layak untuk dimakan seorang manusia.

Di atas piring terhidanglah sebuah roti biru yang sudah berjamur dan semangkuk sup abu-abu kental dengan banyak benda aneh yang mengambang di atasnya.

"Cepatlah makan. Saya tahu anda pasti lapar."

Si pelayan itu tersenyum sembari terus memaksaku. Aku menggeretakkan gigiku dan segera menatap ke arahnya.

Sebuah layar putih persegi tiba-tiba muncul tepat di depan mataku.


1. (Sambil membalik meja) Apa-apaan ini? Kamu sudah gila?! Cepat panggil kokinya! Sekarang!


2. (Sembari menyuapi si pelayan) Kamu memintaku untuk memakan sampah ini? Kamu saja yang makan!


3. (Makan.)


Aku sudah dua kali "game over" di bagian adegan ini.

Saat aku memilih yang nomor 1, seluruh pekerja mansion mengadu kepada sang Duke tentang perilaku si penjahat yang suka membuat keributan.

Si putra pertama yang menghukum si karakter penjahat ini mendengar tentang hal itu dan menjadi sangat marah sampai-sampai dia melarang siapapun memberikan makanan atau minuman kepada si penjahat selagi dia dihukum.

Pada akhirnya dia mati kelaparan.

Di percobaan selanjutnya, aku memilih nomor 2.

Saat si penjahat sedang mencoba menyuapi si pelayan dengan paksa, dia didorong oleh si pelayan dan terjatuh saampai-sampai lehernya tertusuk oleh garpu yang dipegangnya.

Cara matinya sangat mengenaskan.

'Dan pada akhirnya hanya satu pilihan yang tersisa.'

Adegan ini kalau tidak salah adalah episode yang menceritakan tentang hubungan antara si penjahat yang sekarang menjadi karakter utama dengan para pekera di mansion. 

Akan tetapi, karena aku memang tidak ingin melihat adegan dimana si penjahat di perlakukan dengan buruk, aku pun akhirnya melompati adegan ini setelah kematianku yang kedua.

Karena masih ada sepuluh episode lain yang harus aku selesaikan.

Dan sekarang, di depanku, tidak ada lagi tombol "kembali" yang bisa membawaku ke halaman yang memungkinkanku untuk memilih episode yang aku inginkan.

'Sialan...'

Aku menatap si pelayan yang berdiri di dekatku ini dengan sedih sembari dengan berat hati memilih pilihan no 3.

Begitu aku memilih pilihan tersebut, tubuhku bergerak sendiri seperti dikendalikan oleh sesuatu.

Tanganku memegangi sendok dan mulai meraup sup busuk di depanku.

Meski tubuh bergerak sendiri, tapi mungkin dikarenakan kehendakku yang berusaha menolak tindakan ini membuat tanganku yang sedang memegang sendok jadi gemetaran.

Cairan abu-abu itu pun berjatuhan ke meja.

Tapi sekuat apapun kehendakku, aku tetap tidak bisa menghentikan tubuhku yang bergerak sendiri ini.

Dan akhirnya dengan sangat terpaksa aku memakan sup ini.

"Ugh."

Sensasi hangat dari cairan abu-abu itu terasa sangat kentara di lidahku. Dan disaat bersamaan pula indera perasaku bereaksi karena rasa yang sangat buruk dari sup ini.

Tubuhku terus begerak sendiri dan membuatku terus memakan sup sampah ini.

"Gasp!"

Aku muntah. Aku bersusah payah melupakan sensasi yang sedang aku rasakan ini.

'Aku rasa sekali saja sudah cukup.'

Aku tidak akan mati hanya karena memakan sup sampah ini.

Aku merasa lega karena aku berhasil dengan selamat melewati episode ini.

Ternyata selama ini aku salah paham.

Tanganku yang memegangi sendok ini tidak henti-hentinya meraup sup di depanku.

'Apa yang sedang dilakukannya! Apa yang-'

Bukan hanya sup sampah, bahkan aku juga harus menghabiskan roti biru berjamur ini.

Tubuhku bergerak diluar kehendakku.

Wajah pelayan didekatku menjadi pucat pasi melihatku menghabiskan semua makanan ini.

Tubuhku yang terus-terus memakan makanan sampah itu akhirnya berhenti ketika putra si Duke masuk ke kamarku.

"Apa yang kamu lakukan!?"

"T-Tuan muda Reynold."

Pelayan itu jadi panik melihatnya yang tiba-tiba muncul.

"Urgh, urgh!"

Aku tidak sempat melihat wajah panik pelayan itu. Karena segera setelahnya aku harus menahan mulutku karena tiba-tiba aku ingin muntah.

Aku muntah sangat banyak. Rasanya seperti semua makanan yang aku makan hari ini keluar semua sampai membuat perut kosong kembali.

'Kenapa aku harus mengalami semua ini?'

Aku sudah sering mengalami hal seperti ini jauh sebelum aku masuk ke gim ini.

Sudah tak terhitung banyaknya derita yang harus aku tanggung gara-gara dua bajingan di rumah yang sudah terasa seperti neraka itu.

Dan aku harus merasakan pengalaman yang sama di dunia fiksi ini?

"Uhh, ugh..."

Air liur berhamburan keluar dari sela-sela jari tanganku yang sedang mencoba menahan muntahan dari mulutku.

Aku merasa seperti disayat-sayat karena situasi menjijikkan serta kejam ini.

Aku mengerang seperti orang yang habis minum racun. Melihat kondisiku yang seperti itu, si pria berambut merah muda mendekatiku dengan raut wajah yang kaget.

"Hei, kau tidak ap-"

Belum selesai bicara, dia langsung membeku melihat makanan macam apa yang disajikan padaku.

"Ini..."

Roti biru berjamur dan semangkok sup busuk.

Parah sekali. Tidak akan ada yang menyangka bahwa bahwa seorang Lady dari keluarga Duke yang terhormat akan disajikan makanan seperti ini. Rakyat jelata saja tidak akan mau memakan makanan sampah ini.

Ia melihat makanan di meja yang sudah separuh habis dan wajah saudari tirinya yang pucat pasi sembari sedang menahan muntah.

Pria berambut merah muda itu mengalihkan padangannya ke arah si pelayan, dia menatap si pelayan itu dengan raut wajah yang sangat menakutkan.

"Hei, apa yang sudah kamu sajikan padanya?"

"T-Tuan muda! I-Ini, anu..."

Si pelayan jadi pucat dan gemetaran saking takutnya melihat si pria berambut merah muda yang memancarkan aura mematikan.

'Dia pasti tidak pernah menyangka.'

Seorang karakter sampingan yang mukanya saja tidak ditampakkan di gim pasti tidak pernah menyangka si Lady palsu yang suka membuat keributan akan memakan makanan busuk yang disajikannya tanpa mengeluh.

Si pria rambut merah muda murka melihat si maid yang hanya diam ketakutan.

"Ini penghinaan besar untuk keluarga kami! Pelayan rendahan macam dirimu, berani-beraninya melalukan hal seperti ini pada majikan sendiri..."

"Tuan muda! Anda, anda salah paham! Tuan muda!"

"Enyah kau! Cepat keluar dari kamar ini!"

"T-Tuan muda!"

"Akan kulaporkan semua ini pada kakak dan ayah. Hei di luar ada orang tidak? Butler!"

Penerjemah: Liusar Brown


Posting Komentar

0 Komentar